Lebak – Nelayan tradisional pesisir selatan Lebak, Provinsi Banten tidak melaut akibat cuaca buruk yang tidak stabil melanda perairan Samudera Hindia.
“Kami bersama sebagian nelayan di sini sudah hampir satu minggu terakhir tidak melaut,” kata Aris (35) seorang nelayan kepada awak media, di dermaga Binuangeun, Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak-Banten, Minggu (28/1/2024).
Nelayan tradisional di pesisir Lebak umumnya menggunakan perahu kincang bermesin motor tempel dengan panjang 2,5 meter dan lebar 120 cm.
Perahu kincang tidak mampu menghadapi gelombang di atas dua meter, dan kalau dipaksakan bisa membahayakan keselamatan jiwa nelayan.
Saat ini, kata dia, gelombang pesisir selatan Lebak yang berhadapan dengan Perairan Samudera Hindia perkiraan mencapai 2,0 sampe 4,0 meter disertai hujan dan angin kencang, di samping cuaca lagi buruk kebetulan sekarang lagi terang bulan juga,
dan kami sehari-hari berkumpul dengan nelayan memperbaiki perahu yang rusak dan merajut jaring yang sobek sambil menunggu cuaca kembali normal,” katanya menjelaskan.
Di tempat yang sama Ridwan (28) nelayan Binuangeun Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya tidak berani melaut akibat gelombang tinggi disertai angin kencang dan hujan sehingga dapat menimbulkan kecelakaan laut “ada juga sih yang memaksakan turun kelaut di karenakan kebutuhan ekonomi,” ungkapnya
Selama tidak melaut, untuk mencukupi kebutuhan dapur nelayan mengandalkan pinjaman dan utang.
“Semua nelayan di sini sudah biasa jika cuaca buruk mengutang ke juragan pemilik perahu dan dibayar nanti setelah tangkapan normal,” katanya menjelaskan.
Lanjut ridwan,” pesisir Lebak selatan itu berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dimana jika gelombang di atas dua meter disertai angin kencang dipastikan nelayan lebih memilih tidak melaut tetapi untuk yang menggunakan kapal di atas 20 GT tetap bisa melaut.
Selain ombak tinggi, populasi ikan juga berkurang dan nelayan bisa rugi karena jumlah tangkapan sedikit.
Setiap kali melaut nelayan mengeluarkan biaya bahan bakar, rokok, kopi dan makanan sekitar Rp500 ribu.
Nelayan berangkat melaut sekitar pukul 15.00 WIB sore dan kembali ke TPI Binuangeun sekitar pukul 08.00 WIB.
“Jika cuaca normal bisa membawa uang sekitar Rp800 sampai Rp1 juta setiap perahu,” kata Ridwan. (K,San)