Menu

Mode Gelap
 

Riang Politik Dalam Pilkada

- Nusanews.co

25 Nov 2024 07:41 WIB


					Tema Perbesar

Tema "Riang" (Foto : Subandi Musabah , Direktur Visi Nusantara)

Nusakata.com – RIANG | Pemilihan kepala daerah atau Pilkada selalu menjadi momentum meriah di setiap daerah. Jalan-jalan dipenuhi poster, baliho, dan spanduk. Berisi wajah-wajah penuh senyum para kandidat.

Hiruk-pikuk demokrasi terasa menggeliat. Orang-orang yang biasanya tak peduli politik, mendadak rajin ikut pertemuan. Hadir di tempat kampanye. Atau paling tidak, mulai sering mengirimkan pesan WhatsApp berbau politik.

Namun, sayangnya, alih-alih dirayakan dengan riang, suasana Pilkada kadang terasa mencekam. Segala penjuru dihiasi kebisingan politik, amarah tersembunyi, dan tak jarang, permusuhan. Kampanye hitam, provokasi, dan fitnah, mudah tersebar di media sosial.

Terlebih, black campaign bukan dilakukan rakyat biasa. Melainkan oleh seorang juru kampanye, kader partai, atau bahkan tim pemenangan. Kemudian, simpatisan atau akar rumput ikut-ikutan. Tersulut api kebencian. Muaranya, kebenaran akan jauh panggang daripada api.

Padahal, Pilkada bisa menjadi ajang yang lebih meriah. Penuh makna. Jika dijalani dengan semangat kebersamaan dan kegembiraan. Setiap kandidat berlomba menunjukkan keunggulan, tanpa harus menjatuhkan pihak lain.

Seperti halnya pesta rakyat, Pilkada seharusnya menjadi ruang untuk kita berinteraksi secara positif. Merayakan demokrasi dengan riang. Suasana kampanye penuh dengan gagasan segar, program nyata, tanpa diselimuti berita bohong dan fitnah.

Masyarakat bisa menikmati proses ini. Merasa lega karena tahu pilihan yang dibuat merupakan hasil dari pertimbangan matang. Bukan akibat pengaruh berita yang tak jelas kebenarannya. Atau hoax.

Lalu, tak kalah penting, memberikan pendidikan politik yang baik bagi warga. Pilkada bukan hanya soal memilih pemimpin, tapi juga momen untuk memperbaiki pemahaman kita tentang politik.

Dalam setiap Pilkada, pendidikan politik menjadi hal yang tak terpisahkan. Sayangnya, banyak orang masih terjebak dalam narasi negatif. Kebencian kerap kali menjadi bumbu dalam perdebatan. Membuat suasana menjadi panas.

Tim sukses harusnya tidak hanya fokus pada pencitraan, tapi juga memberikan informasi yang edukatif. Warga perlu diajak untuk lebih mengerti peran pemerintah, pentingnya partisipasi, dan bagaimana proses demokrasi berjalan.

Pendidikan politik bukan hanya tentang memberi tahu, tetapi juga mendengarkan. Ajak warga untuk berdiskusi soal isu-isu yang mereka anggap penting. Misalnya, bagaimana pendidikan, kesehatan, dan ekonomi bisa lebih baik.

Tak cukup sampai di situ, menjadikan Pilkada sebagai ajang konsolidasi demokrasi, juga penting dilakukan. Demokrasi yang sehat lebih mengutamakan dialog. Bukan tebar kebencian. Perbedaan pandangan politik harus dianggap sebagai bagian dari kekayaan, bukan ancaman.

Selain itu, kita juga perlu memanfaatkan media sosial dengan bijak. Misal membuat video pendek tentang program. Atau menjabarkan visi dan misi calon pemimpin. Tentu dengan pendekatan yang ceria. Bukan sebaliknya, membuat video untuk menyerang lawan.

Mari kita bangun budaya politik riang gembira. Jadikan Pilkada sebagai ajang untuk memperkuat demokrasi, mengukuhkan rasa kebersamaan, dan merayakan perbedaan dengan cara positif. Bukan melulu menjatuhkan, tapi saling menguatkan untuk kebaikan bersama.

Tangerang terlalu kecil untuk dijadikan ajang tebar kebencian. Kita ini lahir dari rahim yang sama. Tentu akan bermuara di tempat yang tak beda. Menjadikan kampanye sebagai ajang agitasi negatif betul-betul bukan watak dasar orang Tangerang. Itu sangat tidak pantas.

Sekali lagi, mari kita bangun demokrasi ini dengan baik. Berpolitik penuh riang. Juga gembira. Tidak menyerang pribadi-pribadi. Apalagi mencipta kebencian. Itu harus kita jauhi.

Saatnya publikasi ide dan gagasan. Bukan malah terus-terusan membangun opini seolah kalau bukan bagiannya sebuah kekeliruan. Serahkan seluruhnya pada warga. Ini demokrasi, pemegang kedaulatan ada pada pemilih. Tugas timses menjelaskan apa yang akan dilakukan.

 

Penulis : Subandi Musbah (Direktur Visi Nusantara)

Baca Lainnya

Polres Lahat Gelar Konferensi Pers Ungkap Kasus Narkotika Jenis Ganja

13 February 2025 - 08:54 WIB

Mahasiswa KKN IAIN Langsa Sosialisasikan Penggunaan E-Commerce kepada Pengrajin Opak

13 February 2025 - 08:10 WIB

Dewi Setiani: “Asta Cita Pandeglang Akan Jadi Fondasi Pembangunan yang Berkelanjutan”

13 February 2025 - 07:47 WIB

Tanpa Keterbukaan Informasi Hanya Spekulasi Dan Prasangka

13 February 2025 - 03:29 WIB

GCL Lahat dan Musisi Akan Demo Imam Pasli di Depan Gendung DPRD Lahat dan Kejaksaan

13 February 2025 - 03:12 WIB

Dua Pria Pengedar Shabu 2,83 Gram Warga Simpasai di Bekuk

12 February 2025 - 15:44 WIB

Trending di Daerah