Nusakata.com – Uang tunai sangat penting bagi perusahaan karena dapat digunakan dalam hal untuk membeli persediaan, membayar kewajiban jangka pendek perusahaan, dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional lainnya. Kas atau Uang Tunai yang dimiliki oleh perusahaan serta pos-pos lain yang dapat dikonversi atau diuangkan dengan cepat seperti uang tunai, cek, dan demand deposit.
Banyak sekali perusahaan maupun perorangan yamg kurang memperhatikan aspek manajemen kas atau tidak dapat mengelola keuaangannya sehingga menyebabkan kepailitan atau kebangkrutan. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian terhadap pentingnya dalam pengelolaan manajemen kas yang optimal.
Manajemen kas merupakan sebuah proses dan strategi yang digunakan untuk mengelola arus dan saldo kas dalam suatu organisasi, baik itu preorangan, perusahaan maupun instansi pemerintah.
Tujuan utama dari manajemen kas adalah untuk memastikan ketersediaan kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansial tanpa menimbulkan biaya yang tidak perlu akibat kelebihan atau kekurangan kas.
Manajemen kas yang baik dapat menciptakan suatu kinerja keuangan yang baik seperti tidak adanya kas yang keluar secara tidak bermanfaat bagi suatu entitas.
Misalnya suatu entitas maupun individu harus cermat untuk membiayai pengembangan yang dimiliki oleh perusahaan atau individu tersebut agar perusahaan tetap bisa menjalankan operasinya Sementara itu, seorang individu harus bisa mengontrol pengeluaran bulanannya agar sesuai dengan pendapatannya dan juga bisa menabung untuk keperluan jangka panjang.
Kita ambil contoh dengan merujuk pada website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), yang menggambarkan data laporan keuangan PT. Adhi Karya Tbk (ADHI) yang terpublikasi PT. Adhi Karya Tbk (ADHI) mengalami penurunan total Kas dan Setara Kas pada periode 2023 sebesar Rp. 3,1 Triliun dengan total Aset Lancar sebesar Rp. 28,5 Triliun dibandingkan dengan periode yang sama yaitu tahun 2022 total Kas dan Setara Kas sebesar Rp. 4,3 Triliun dengan total Aset Lancar sebesar Rp. 29,5 Triliun.
Disisi lain PT. Adhi Karya Tbk (ADHI) mengalami peningkatan Liabilitas Lancar pada periode 2023 sebesar Rp. 24,9 Triliun dibandingkan dengan periode yang sama yaitu 2022 sebesar Rp. 24,7 Triliun.
Berdasarkan analisis dan perhitungan Current Ratio, semakin besar Aset Lancar Perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek atau yang jatuh tempo dalam 1 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT. Adhi Karya Tbk (ADHI) belum sepenuhnya menunjukkan bahwa manajemen kas PT. Adhi Karya Tbk (ADHI) masih belum optimal, karena sistem pengelolaan arus kas perusahaan masih menunjukan bahwa perusahaan memiliki dana yang kurang untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan dan akan berdampak terhadap operasional perusahaan, yang dimana manajemen kas sendiri bertujuan untuk menjaga likuiditas, memenuhi komitmen keuangan, dan memanfaatkan peluang investasi untuk menjaga stabilitas atau kinerja keuangan perusahaan.
Dengan demikian, pengoptimalan manajemen kas sangat penting bagi perusahaan, karena jika manajemen kas yang tidak optimal tentu akan memberikan dampak buruk bagi perusahaan seperti kekurangan kas yang akan membuat perusahaan kehilangan kesempatan untuk memenuhi kewajiban utamanya sehingga merugikan perusahaan, Perusahaan dapat merugi akibat pengeluaran yang tidak terkontrol, serta perusahaan dapat membuat keputusan investasi yang buruk.
Oleh sebab itu, perusahaan harus memperhatikan aspek-aspek penting dalam mengelola manajemen kas agar kas perusahaan dapat dikelola dengan efektif dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan seperti perencanaan atau perkiraan, dengan memperkirakan arus kas dimasa depan berdasarkan kondisi saat ini maka perusahaan dapat memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan operasional perusahaan, mengelola arus kas dengan mengoptimalkan penerimaan dan pengeluaran kas untuk menjaga keseimbangan likuiditas perusahaan, melakukan pengendalian atas saldo kas perusahaan dengan mengubah saldo kas tidak terlalu tinggi agar tidak menimbulkan biaya kesempatan yang hilang, serta menginvestasikan kas yang tidak terpakai dalam instrumen yang menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
By : Devani Yulia Nov, Farhan Maulana Ibrahim, Intan Audi Gunawan, Soedarto Ari Purnomo
(Penulis merupakan Mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi Universitas Pamulang)