Menu

Mode Gelap
 

Kisah Sayyidah Rabi’ah Al Adawiyah Kisah Tokoh Sufi Wanita

- Nusanews.co

4 Jan 2024 03:48 WIB


					Kisah Sayyidah Rabi’ah Al Adawiyah Kisah Tokoh Sufi Wanita Perbesar

Nusannews.co – Sang ratu cinta lahir dalam kemiskinan yang sangat, tak ada kain untuk menyelamatkan dirinya, tak ada minyak setetes pun untuk pemoles pusarnya, tak ada lampu untuk mencapai kelahirannya. Ia adalah putri ke empat, maka disebutlah Robi’ah.

Sang ayah menekur sedih memikirkan hal ini, mau pinjam atau pun minta sudah menjadi celana bagi dirinya. Semuanya digantungkannya pada Allah. Dalam kesedihan ia bermimpi bertemu dengan sang Nabi Muhammad Saw yang menghibur hati, “Temuilah Gubernur Basrah, dan katakan, “Setiap malam kamu mengirimkan sholawat 100 kali tidur, dan setiap malam Jum’at 400 kali, kemarin adalah malam Jum’at dan kamu lupa mengerjakannya . Sebagai penebus kelalaianmu itu, berikanlah kepada orang ini 400 dinar, Yang telah engkau peroleh dengan halal.”

Gubernur pun memberikan apa yang dikehendaki oleh Nabi Muhammad Saw, ditambah dengan 2000 dinar bagi sedekah orang miskin, cukuplah sudah untuk kebutuhan keluarga Robi’ah.

Sampai berbicara keadaan lain, bencana kelaparan melanda Basrah. Seorang penjahat menculik Robi’ah untuk kemudian dijual di pasar budak dengan harga 6 dirham, pemberi pinjaman dan memberikannya tugas-tugas yang berat. Siang hari Robi’ah bekerja sambil berpuasa, malam harinya dihabiskan untuk mujahadah dan muajahah dengan Rabbnya.

Kedekatan beralih menuju ke keakraban, Keakraban membawa kepada kerinduan dan kerinduan telah mengantarkannya pada cintanya pada Tuhannya.

“Aku adalah miliknya. Aku hidup di bawah naunganNya. Aku melepaskan segala sesuatu yang telah kudapatkan kepadaNya. Aku telah mengenalNya, sebab aku menghayati.”

Suatu malam yang dingin, sang majikan merasakan kegelisahan di hatinya. Maka ia pun berjalan ke belakang rumah, memeriksa sekeliling, memeriksa kunci-kunci rumahnya. Dan ketika ia sampai di dekat gudang tempat Robi’ah tinggal, kekagetannya membuat ia sendiri gelisah, lampu yang semula dipegangnya kini terlempar entah kemana.

Bagaimana tidak, ketika ia melongokkan kepalanya ke dalam ruang tempat Robi’ah beristirahat, ia sedang melihat Robi’ah sedang sholat, Dan….. Dan di atasnya tampak cahaya yang terang benderang. Bukan lampu, karena cahaya itu tidak bergantung pada suatu apapun.

Keesokan harinya Robi’ah dipanggil, majikannya menyampaikan keinginannya. Ia memerdekakan Robi’ah sebagai budak. Kini Robi’ah merdeka. Meski sang majikan berharap Robi’ah mau tinggal di rumahnya, tapi ia memilih untuk pergi menjauhi sekitar masyarakat.

Dan ia menemukan sebuah gua di pinggir desa. Tinggallah ia di sana. Suatu hari di musim semi, Robi’ah memasuki tempat tinggalnya. Kemudian ia melongok keluar karena pelayannya berseru, “Ibu, keluarlah dan Saksikanlah, apa yang telah dilakukan oleh Sang Pencipta” “Lebih baik engkau lah yang masuk kemari dan Saksikanlah Sang Pencipta itu sendiri.

Aku tertarik menatap Sang Pencipta, sehingga apa peduliku lagi terhadap ciptaan-ciptaanNya ?” sahut Robi’ah dari dalam.

Suatu malam karena terlalu letih, ia tertidur. Seorang maling menyelusup masuk ke dalam rumahnya, dan mencuri cadarnya. Tetapi, tak ditemuinya pintu keluar. Cadar tergeletak, pintu keluar terlihat. Cadar dibawa, pintu keluar tak terlihat lagi, Terdengarlah suara, “Hai manusia, tiada gunanya kamu mencoba-coba.

Sudah bertahun-tahun Robi’ah mengabdi kepada Kami. Syaitan sendiri tidak berani mendekatinya. Tetapi betapa besarnya seorang maling berani mencoba-coba untuk mengambil cadarnya. Pergilah dari sini. Jika seorang sahabat sedang tertidur, maka Sang Sahabat bangun dan berjaga-jaga”

Ketika seorang sahabat mengantarkan seorang kaya yang ingin memberikan uang emasnya pada Robi’ah, Robi’ah berkata, “Dia telah menafkahi orang-orang yang menghujjahNya. Apakah Dia tidak akan menafkahi orang-orang yang mencintaiNya? Sejak aku mengenalNya, aku telah berubah dari manusia ciptaanNya. Saya tidak tahu apakah kekayaan seseorang itu halal atau tidak, maka betapakah saya dapat menerima pemberiannya?

Di malam-malam hari yang sepi dan sunyi, dalam kerinduannya dengan Sang Maha Pencipta, Robi’ah memohon sambil bersujud, “Ya Allah, apapun yang akan Engkau berikan karuniakan di dunia ini, berikanlah kepada musuh-musuhMu. Dan siapapun yang akan Engkau karuniakan kepadaku di akhirat nanti, Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu, karena Engkau sendiri cukuplah yang menginginkannya.”

“Ya Allah, semua jerih payahku dan semua hasratku di antara kesenangan-kesenangan dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau. Dan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan akhirat, akan terjadi bersamaMu. Begitulah halnya dengan diriku sendiri, seperti yang telah kukatakan. Kini berbuatlah seperti yang Engkau kehendaki.”

Rabi’atul Adawiyah merupakan salah seorang srikandi agung dalam Islam. Beliau terkenal dengan sifat wara’ dan sentiasa menjadi referensi golongan cerdik pandai karena beliau tidak pernah kehabisan hujjah. Ikutilah antara kisah-kisah teladan tentang beliau.

KAROMAH DAN KEUTAMAAN SAYYIDAH RABI’AH AL ADAWIYAH

Suatu malam yang sunyi sepi, di kala masyarakat sedang tidur nyenyak, seorang pencuri telah mencoba masuk ke dalam pondok Rabi’atul Adawiyah. Namun setelah mencari sesuatu di sekelilingnya berkali-kali, dia tidak menemukan sebuah benda berharga kecuali sebuah kendi untuk berwudu’, itupun jelek. Lalu si pencuri tergesa-gesa untuk keluar dari pondok tersebut.

Tiba-tiba Rabi’atul Adawiyah menegur si pencuri tersebut, “Hei, jangan keluar sebelum kamu mengambil sesuatu dari rumahku ini.” Si pencuri tersebut terperanjat karena dia mengira tidak ada penghuni di pondok tersebut.

Dia juga merasa heran karena baru kali ini dia bertemu tuan rumah yang begitu baik hati seperti Rabi’tul Adawiyah. Kebiasaannya tuan rumah pasti akan berteriak meminta tolong jika ada pencuri memasuki rumahnya, namun ini lain, “Silahkan ambil sesuatu.” kata Rabiatul Adawiyah lagi kepada pencuri tersebut.

“Tiada apa-apa yang boleh aku ambil dari rumahmu ini.” kata si pencuri berterus-terang.

“Ambillah itu!” kata Rabi’atul Adawiyah sambil menunjuk pada kendi yang jelek tadi.

“Ini hanyalah sebuah kendi jelek yang tidak berharga.” Jawab si pencuri.

“Ambil kendi itu dan bawa ke bilik udara. Lalu kamu ambil wudhu’ menggunakan kendi itu. Selepas itu sholatlah 2 rakaat. Dengan demikian, kamu telah mengambil sesuatu yang sangat berharga daripada pondok jelekku ini.” Balas Rabi’tul Adawiyah.

Mendengar kata-kata itu, si pencuri tadi merasa gemetar. Hatinya yang selama ini keras, menjadi lembut seperti terpukau dengan kata-kata Rabi’atul Adawiyah itu. Lalu si pencuri mengambil kendi jelek itu dan membawanya ke bilik udara, lalu berwudhu’ menggunakannya. Kemudian dia menunaikan sholat 2 rakaat. Ternyata dia merasakan suatu kemanisan dan kelezatan dalam kegelisahan yang tak pernah dirasa sebelum ini.

Rabi’atul Adawiyah lalu berdoa, “Ya Allah, pencuri ini telah mencoba masuk ke rumahku. Akan tetapi dia tidak menemukan sebuah benda berharga untuk dicuri. Kemudian aku suruh dia berdiri dihadapanMu. itu janganlah Engkau halangi Dia daripada memperoleh nikmat dan rahmatMu.”

Pada suatu hari, sekelompok golongan cerdas telah datang ke rumah Rabi’atul Adawiyah. Tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menguji beliau dalam berbagai persoalan. Malah mereka telah bersiap dengan satu persoalan yang menarik. Mereka menaruh keyakinan yang tinggi, karena selama ini Rabi’atul Adawiyah tidak pernah kekurangan hujjah.

“Wahai Rabi’atul Adawiyah, segala bentuk rahmat yang tinggi-tinggi telah dianugerahkan oleh Allah kepada kaum lelaki, namun tidak kepada kaum wanita.” Ketua rombongan itu memulai pembicaraan.

“Buktinya?” Balas Rabi’atul Adawiyah.

“Buktinya adalah, mahkota Kenabian dan Rasul telah dianugerahkan kepada kaum lelaki. Malah mahkota kebangsawanan juga dikurniakan kepada kaum lelaki. Yang paling penting, tidak ada seorang wanita pun yang telah diangkat menjadi Nabi atau Rasul, malah semuanya dari golongan lelaki.” Jawab mereka pula dengan yakin.

“Memang betul pendapat tuan-tuan sekalian. Akan tetapi harus diingat bahwa sejahat-jahat pangkat ada pada kaum lelaki juga. Siapa yang mengagung-agungkan diri sendiri? Siapa yang begitu berani mendakwakan dirinya sebagai Tuhan? ini tuhanmu yang mulia?” Dengan tenang, Rabi’atul Adawiyah membalas hujjah mereka sambil Merujuk kepada Firaun dan Namrud.

Kemudian Rabi’atul Adawiyah menambahkan lagi, “Anggapan dan ucapan seperti itu tidak pernah keluar dari mulut seorang wanita. Malah semuanya dilakukan oleh kaum lelaki.”

Suatu hari, Rabi’atul Adawiyah melihat seorang sedang berjalan-jalan dengan kepalanya berbalut sambil meminta simpati dari banyak orang. Karena ingin mengetahui alasan orang itu berbuat demikian, Rabi’atul Adawiyah bertanya, “Wahai hamba Allah! Mengapa engkau membalut kepalamu begini rupa?”

“Kepalaku sakit.” Jawab orang itu dengan singkat.

“Sudah berapa lama?” Tanya Rabi’atul Adawiyah lagi.

“Sudah sekian hari.” Jawabnya dengan tenang.

Lalu Rabi’atul Adawiyah bertanya lagi, “Berapa usiamu sekarang?”

Orang itu menjawab, “Sudah 30 tahun”

“Bagaimana keadaanmu selama 30 tahun itu?” Tanya beliau lagi.

“Alhamdulillah, sehat-sehat saja.” Jawabnya.

“Apakah kamu memasang sesuatu tanda di badanmu bahwa kamu sehat selama ini?” Tanya Rabi’atul Adawiyah.

“Tidak.” Jawab orang itu ragu-ragu.

“Masya Allah, selama 30 tahun Allah telah menyehatkan tubuh badanmu, namun kamu langsung tidak memasang sesuatu tanda untuk menunjukkan kamu sehat sebagai tanda bersyukur kepada Allah.

Jika sebaliknya, pasti manusia akan bertanya kepada kamu alasan kamu sangat gembira. Apabila mereka mengetahui nikmat Allah yang diberikan, diharapkan mereka akan bersyukur dan memuji Allah.” Jelas Rabi’atul Adawiyah.

“Akan tetapi, kini ketika kamu mendapat sedikit sakit, kamu membalut kepalamu dan kemudian pergi kesana sini untuk menunjukkan sakitmu dan kekasaran Allah terhadapmu kepada banyak orang, mengapa kamu berbuat hina seperti itu?” Sambung Rabi’atul Adawiyah lagi.

Orang yang berbalut kepalanya itu hanya diam seribu bahasa dan tertunduk malu dengan perlakuannya. Kemudian dia segera meninggalkan Rabi’atul Adawiyah dengan perasaan kesal dan insaf.

“Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka kepada, bakarlah aku di dalam neraka; dan jika aku menyembahMu karena mengharap surga, campakkanlah aku dari dalam surga; tetapi jika aku menyembahMu demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan menampilkan keindahan WajahMu yang abadi bagiku.”

WAFATNYA SAYYIDAH RABI’AH AL ADAWIYAH

Mengenai wafatnya ada dua pendapat yaitu tahun 135 H/752 M atau tahun 185 H/801 M. Demi agar ia kuat beribadah, Robi’ah selalu meletakkan kain kafan persiapan dirinya nanti di sebelahnya ketika ia shalat. Ketika tiba saatnya Robi’ah harus meninggalkan dunia fana ini, Ia memberi isyarat dengan tangan agar orang-orang keluar, orang-orang yang sebelumnya menunggui, kini satu demi satu membiarkan Robi’ah sendiri.

Setelah itu, mereka mendengar suara dari dalam kamar Robi’ah, “Yaa nafsul muthmainnah. Irji’i ila robbika.”

Beberapa saat kemudian tak ada lagi suara yang terdengar dari kamar Robi’ah. Mereka lalu membuka pintu kamar itu dan mendapati Robi’ah telah berpulang. Konon setelah itu ada yang bermimpi melihat Robi’ah, dia bertanya, “Bagaimanakah kamu menghadapi Munkar dan Nakir, wahai Robi’ah ?”

Robi’ah menjawab, “Kedua malaikat itu datang kepadaku dan bertanya, ”Siapakah Tuhanmu?”.

Aku menjawab, ”Pergilah kepada Tuhanmu dan katakan kepadaNya, ”Di antara beribu-ribu makhluk yang ada, janganlah Engkau mencintai seorang wanita tua yang lemah. Aku hanya memiliki Engkau di dunia yang luas, tidak pernah lupa kepadaMu, tetapi mengapakah Engkau mengirimkan utusan sekadar menanyakan “Siapakah Tuhanmu” saya ?”

 

Sumber : PAM

Baca Lainnya

IPNU Aceh Dilantik Dengan Meriah

13 January 2025 - 15:00 WIB

Politisi PDIP : Mari Dukung Program Pemerintah, Selama Itu Untuk Rakyat 

12 January 2025 - 04:51 WIB

Asmara di Akhir Tahun: Romansa di Pinggir Pantai yang Menginspirasi

11 January 2025 - 14:28 WIB

Dukung Program Pemerintah Entaskan Stunting, PLTU Labuan Salurkan Bantuan PMT

11 January 2025 - 11:33 WIB

Dalam Rayakan HUT ke 52, PDIP Pandeglang Pastikan Kader Makin Solid 

10 January 2025 - 14:23 WIB

Inovasi Penyaringan Air Bersih: Edukasi dan Aksi Nyata Mahasiswa di Panti Asuhan

8 January 2025 - 17:20 WIB

Trending di Hiburan