Nusanews.co – Jangan mengejek seorang yang tertimpa musibah di rumah tangganya dengan menyebut sebagai seorang yang berkepribadian lemah. Nabi Nuh AS padahal disisi Allah adalah seorang pilihan, namun istrinya adalah seorang wanita pendosa.
Jangan mencela seorang yang terusir dari komunitasnya dengan menyebut sebagai seorang yang tak berharga. Nabi Ibrahim AS juga seorang yang terusir dari komunitasnya, tapi disisi Allah adalah seorang kekasih-Nya.
Jangan (langsung) mencaci seorang manusia dengan berkata bahwa dia seorang yang zalim dan durjana. Nabi Yusuf AS juga pernah di penjara, tapi disisi Allah dia adalah seorang yang sangat jujur.
Jangan mengolok-olok seorang yang bangkrut dengan menyebut bahwa dia seorang yang bodoh dan gagal. Nabi Ayyub AS juga pernah mengalami bangkrut, namun disisi Allah dia adalah seorang Nabi.
Jangan mencaci seorang yang berprofesi rendah dengan menyebut sebagai seorang yang berkemampuan rendah. Sayyidina Luqman adalah seorang tukang kayu, penjahit dan penggembala, tapi disisi Allah adalah seorang yang bijaksana.
Jangan mencela seorang yang dijelekkan oleh masyarakat dengan menyebutnya sebagai seorang yang buruk. Nabi Muhammad SAW disebut sebagai penyihir dan gila, tapi disisi Allah adalah seorang pecinta sejati.
Jangan pernah mencaci, mencela, mengolok ataupun memenuhi harga diri siapa pun, dan jadilah pribadi yang berbaik sangka pada orang lain.
Membiarkan makhluk menjadi urusan Penciptanya. Ada yang mengatakan: “Tak ada seorangpun yang mendalami perihal orang lain, niscaya dia pasti tenggelam.”
Renungkanlah, karena itu semua adalah kenyataan.
Sumber : MMGS