NUSAKATA.COM – VSTP (Vereniging Van Spoor-En Tramwegpersoneel), sebuah organisasi buruh kereta api dan trem yang di bentuk pada 14 November tahun 1908 oleh seorang tokoh sosialis Belanda Henk Sneevilet, yang memimpin organisasi ini dan membuka keanggotaan dikalangan pribumi sehinga pengaruhnya semakin meluas.
Di tahun 1918 serikat ini telah dipimpin oleh samaoen seorang buruh kereta api yang berusia 17 tahun dari semarang, selama pemerintahan kolonial Belanda, VSTP (Vereniging Van Spoor-En Tramwegpersoneel) sering mengadakan perlawanan dengan cara pemogokan kerja yang merepotkan pemerintah, sampai akhirnya ditahun 1923 samaoen ditangkap dan diasingkan ke negeri Belanda karna aksi perlawanan dengan cara pemogokannya.
Gejolak perlawanan tersebut Kembali bergelora dikalangan kaum buruh setelah samaoen diasingkan, para buruh melakukan pemberontakan melawan Belanda di tahun 1926, hingga sampai pemerintah kolonial Belanda merasa kerepotan dan harus memindahkan kantor pusat kereta api ke bandung.
Kisah perjuangan buruh kereta api tidak hanya terjadi samapi 1920 an. Gerakan ini sempat terinterupsi akibat kebijakan pemerintah kolonial yang semakin represif di dekade 1930 – an dan hidup lagi menjelang berakhirnya perang dunia ke II.
Razif seorang sejarawan dalam makalahnya yang berjudul “Buruh Kereta Api Dan Komunitas Buruh Manggarai” bahawa buruh kereta api memainkan peran yang penting menjelang dan selama masa revolusi kemerdekaan.
Buruh di stasiun manggarai, Jakarta misalnya sering melakukan interaksi dengan kelompok pemuda revolusioner di menteng 31 dan pemuda jl. Guntur no 27. Dengan adanya interaksi Bersama para pemuda, jiwa republiken kaum buruh ini Kembali membara memenuhi dada.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, buruh kereta api lah yang pertama kali melakukan pengambilalihan asset Perusahaan kereta api menjadi milik republik.
Pengambilalihan ini berlangsung secara beruntun mulai dari stasiun manggarai dan jatinegara, kemudian seluruh stasiun di Jakarta hingga meluas ke berbagai daerah dan puncaknya adalah pengambilalihan balai kereta api pusat di bandung yang terjadi tanggal 28 september 1945.
Dalam kisah perjuangan buruh kreta api pada masa revolusi kemerdekaan ini dapat kita ambil dan simpulkan bahwa seberat apapun beban jika diangkat/gotong Bersama akan terasa ringan serta dari kisah perjuangan tersebut memaknai bahwa persatuan dan kesatuan adalah kunci kesuksesan.
Oleh : Fahrurozi
Note : Sebagian besar isi artikel ini merujuk pada tulisan pengurus besar konfederasi KASBI