Menu

Mode Gelap
 

Mahasiswa Empat Negara Bahas Isu GEDSI dalam Program International Student Mobility

- Nusakata

15 Nov 2025 21:30 WIB


					gender equality, disability inclusion, student mobility, international collaboration, edukasi inklusif, isu global Perbesar

gender equality, disability inclusion, student mobility, international collaboration, edukasi inklusif, isu global

NUSAKATA.COM — Sejumlah mahasiswa dari Jepang, Thailand, Filipina, dan Indonesia berkolaborasi membahas isu global mengenai Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) melalui program International Student Mobility (ISM).

Kegiatan ini melibatkan mahasiswa dari Krirk University (Thailand), Solo University (Filipina), perwakilan kampus dari Jepang, serta mahasiswa dari UIN Banten dan STAI KH Abdul Kabier (STAIKHA).

Program ini menjadi sorotan karena menghadirkan diskusi lintas budaya yang mengupas bagaimana kesetaraan gender, akses bagi penyandang disabilitas, dan inklusi sosial diterapkan di berbagai negara.

Melalui rangkaian diskusi, presentasi, dan studi kasus, para mahasiswa membandingkan kondisi GEDSI di negara masing-masing.

Perwakilan Jepang menjelaskan bahwa sistem pendidikan di negaranya sudah cukup responsif terhadap isu gender dan disabilitas, namun masih menghadapi tantangan berupa tekanan sosial terhadap peran gender tradisional serta meningkatnya masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa.

Dari Thailand, peserta mengungkap bahwa negaranya cukup terbuka terhadap keberagaman identitas gender, tetapi ketimpangan fasilitas pendidikan di wilayah pedesaan masih menjadi pekerjaan rumah.

Sementara mahasiswa Filipina memaparkan bahwa pemerintah telah memiliki regulasi progresif mengenai perlindungan perempuan, meski kekerasan berbasis gender dan keterbatasan fasilitas bagi penyandang disabilitas masih ditemukan di beberapa daerah.

Delegasi Indonesia dari UIN Banten dan STAIKHA menyoroti bahwa meski regulasi pemerintah terkait GEDSI sudah cukup kuat, implementasinya di sekolah, pesantren, dan kampus masih belum ideal. Masalah aksesibilitas disabilitas dan bias gender masih menjadi tantangan utama.

Dalam forum ISM, para peserta menemukan sedikitnya lima tantangan global yang sama-sama dihadapi oleh banyak negara, yaitu:

  • kuatnya budaya patriarki,
  • minimnya fasilitas bagi penyandang disabilitas,
  • kurangnya pelatihan guru terkait pendidikan inklusif,
  • stigma terhadap kelompok minoritas gender, dan
  • ketimpangan ekonomi yang memengaruhi akses pendidikan.

Meski demikian, mahasiswa juga melihat peluang besar dalam memperkuat penerapan GEDSI melalui kebijakan pemerintah yang semakin terbuka, inovasi teknologi pendidikan, serta kampanye sosial berbasis media digital.

Di akhir kegiatan, mahasiswa dari empat negara tersebut merumuskan beberapa rekomendasi global, antara lain:

  • integrasi modul GEDSI dalam setiap program pertukaran pelajar,
  • standarisasi fasilitas kampus ramah disabilitas,
  • penelitian kolaboratif antarnegara,
  • pembentukan komunitas digital GEDSI internasional, dan
  • penyusunan kebijakan kampus berbasis pemetaan kebutuhan mahasiswa.

Para peserta sepakat bahwa International Student Mobility bukan hanya program akademik, tetapi juga sarana untuk menumbuhkan kepedulian sosial lintas negara.

Melalui kerja sama ini, para mahasiswa menegaskan bahwa mobilitas internasional dapat menjadi katalisator penting dalam memperkuat literasi global tentang inklusivitas. Program ini juga membuktikan bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membangun masa depan yang lebih adil dan ramah bagi semua kalangan, tanpa memandang gender, disabilitas, maupun latar sosial.

“International Student Mobility bukan sekadar pertukaran pelajar, melainkan jembatan menuju masa depan yang lebih setara,” ujar salah satu peserta dari Indonesia.

Partisipasi mahasiswa STAIKHA dalam kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari pihak kampus. Pihak lembaga berharap mahasiswa STAIKHA dapat terus berkiprah dalam berbagai kegiatan di tingkat nasional maupun internasional, guna memperluas wawasan global serta memperkuat pemahaman tentang pendidikan inklusif.

Baca Lainnya

Tak Sekadar Pengkaderan, UKM TIKOM Bangun Kesadaran Digital dan Spirit Jurnalisme Mahasiswa

10 November 2025 - 11:04 WIB

Tak Sekadar Pengkaderan, UKM TIKOM Bangun Kesadaran Digital dan Spirit Jurnalisme Mahasiswa

Seminar Kurikulum Berbasis Cinta: “Mengajar dengan Empati, Mendidik dengan Hati”

11 October 2025 - 16:58 WIB

HMPS PAI UIN SMH Banten Gelar Islamic Leadership Camp 2025

6 October 2025 - 20:17 WIB

UIN SMH Banten, HMPS PAI, Islamic Leadership Camp, Kepemimpinan Islami, Mahasiswa Baru, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Trending di Pendidikan