NUSAKATA.COM – Lagu Sawt Safiri el-Bolboli tengah viral di berbagai platform media sosial, menarik perhatian jutaan pendengar dengan liriknya yang unik dan melodi yang khas.
Di berbagai platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, lagu ini ramai digunakan sebagai latar berbagai konten, mulai dari lipsync hingga video bertema budaya.
Lagu ini berasal dari puisi klasik Arab yang dikaitkan dengan Al-Asma’i, seorang ahli bahasa dan sastra terkenal pada abad ke-8. Kisah di balik puisi ini bermula dari Khalifah Abbasiyah Abu Ja’far al-Mansur (709–775 M), yang dikenal memiliki daya ingat luar biasa dan mampu menghafal puisi hanya dengan sekali mendengar.
Untuk menguji para penyair di kerajaannya, ia mengadakan sebuah kompetisi: siapa pun yang bisa membawakan puisi yang belum pernah ia dengar akan mendapatkan emas seberat kertas tempat puisi itu ditulis.
Namun, ada sebuah trik yang digunakan sang khalifah. Ia menempatkan seorang anak laki-laki dan seorang budak perempuan di balik tirai istana. Anak laki-laki itu mampu menghafal puisi setelah mendengarnya dua kali, sedangkan budak perempuan bisa menghafalnya setelah tiga kali mendengar.
Setiap kali seorang penyair membacakan puisinya, khalifah akan mengulanginya, lalu anak laki-laki dan budak perempuan akan ikut mengucapkannya, membuat para penyair percaya bahwa karya mereka ternyata sudah dikenal. Akibatnya, tidak ada satu pun penyair yang berhasil memenangkan hadiah tersebut.
Setelah mendengar keluhan para penyair yang gagal, Al-Asma’i menyusun sebuah puisi yang sangat sulit dihafal. Puisinya dipenuhi permainan kata, onomatopoeia, dan tongue twister yang hampir mustahil diingat hanya dengan sekali atau dua kali dengar.
Saat ia membacakannya di hadapan khalifah, Abu Ja’far al-Mansur terkejut karena tidak bisa mengulanginya. Anak laki-laki dan budak perempuan yang biasa membantunya pun gagal menghafalnya.
Akhirnya, Al-Asma’i diminta menyerahkan kertas tempat puisinya ditulis untuk ditimbang. Namun, ia dengan cerdik mengatakan bahwa puisinya ditulis di atas batu marmer yang membutuhkan empat orang pengawal untuk membawanya.
Al-Asma’i kemudian mengajukan satu syarat: ia tidak akan mengambil emasnya asalkan khalifah setuju untuk kembali memberikan hadiah kepada para penyair yang membawa puisi baru.
Khalifah pun menyetujuinya, mengakhiri tipu dayanya dan mengembalikan apresiasi terhadap para penyair.
Kini, puisi yang dahulu menjadi ujian bagi seorang khalifah kembali populer dalam bentuk lagu. Keindahan ritme dan tantangan dalam pengucapannya membuatnya menarik bagi banyak orang di era modern.
Dengan viralnya Sawt Safiri el-Bolboli, publik diajak untuk lebih mengenal kekayaan sastra Arab yang tetap relevan dan menginspirasi hingga saat ini. ***