Menu

Mode Gelap
 

Sultan Maulana Mansyuruddin Cikadueun : Sejarah Batu Qur’an

- Nusanews.co

15 Nov 2024 04:40 WIB


					Sultan Maulana Mansyuruddin Cikadueun : Sejarah Batu Qur’an Perbesar

Nusakata.com – Mengulas sejarah singkat sultan maulana mansyuruddin, dikenal dengan kibuyut mansyur yang terletak di makom penziarahan Daerah Cikadueun.

As-Syekh As-Syarif As-Sulthon Maulana Mansyuruddin Al-Azmatkhan AlHuasini Albantani, atau biasa dikenal Sultan Haji adalah wali Allah kelahiran Banten yang banyak karomahnya.

Beliau merupakan Sultan Banten ke 7 putra dari Sultan Ageng Tirtayasa (Raja Banten ke 6). Sultan Maulana Mansyuruddin merupakan Penyebar Agama Islam diwilayah Banten Selatan atau sekarang lebih dikenal sebagai daerah kab.Pandeglang. Beliau Berkuasa antara tahun 1683 – 1687 di Kesutanan Banten.

Setidaknya ada 3 versi sejarah tentang batu qur’an di dalam kolam di wilayah Banten, tepatnya di Cibulakan Pandeglang. Namun yang paling terkenal yaitu tentang Syekh Maulana Mansyuruddin. Beliau adalah salah satu ulama Banten yang terkemuka pada abad 15 yang merupakan Raja ke 7 dari Kesultanan Banten.

Beliau merupakan keturunan Sultan Maulana Hasanuddin Banten yang merupakan putra Sunan Gunung Jati Cirebon.

Salah satu versi Batu Quran tersebut, dipercaya masyarakat setempat awalnya adalah pijakan Syekh Maulana Mansyuruddin ketika beliau akan pergi ke tanah suci untuk berhaji.

Cerita yang berkembang hingga sekarang, saat itu beliau membaca basmalah, lalu sampai di Makkah tanpa melakukan perjalanan darat. Ketika hendak pulang kembali, beliau juga tidak melakukan perjalanan darat.

Dalam sebuah riwayat beliau pulang melalui sumur zam-zam di Makkah. Hingga kemudian beliau juga muncul di tempat batu qur’an tersebut. Namun, kemunculan kembalinya beliau ke Banten bersamaan dengan air yang terus mengucur tiada henti–dulu, warga sekitar pernah meyakini itu air zam-zam yang bersumber dari sumur zam-zam di Makkah.

Lantaran hal itu Syekh Maulana Mansyuruddin berusaha menghentikan kucuran air tersebut. Beliau bermunajat kepada Alloh SWT dengan salat dua rakaat di dekat kucuran air tersebut.

Setelah itu beliau mendapat petunjuk supaya menutup kucuran air itu dengan batu besar yg di tuliskan ayat-ayat Al-Qur’an pada batu tersebut dengan jari-jarinya. Akhirnya, atas izin Alloh SWT kucuran air pun berhenti dan meninggalkan jejak sejarah pada sebuah kolam air yang jernih yang ditengahnya terdapat batu qur’an.

Sampai sekarang tempat ini ramai dikunjungi peziarah guna bapak tilas perjalanan dakwah Syekh Maulana Mansyuruddin. Kolam batu qur’an ini ramai dengan pengunjung untuk mandi dan berenang. Namun pengunjung dilarang kencing di kolam batu qur’an.

Syekh Maulana Mansyuruddin sendiri dimakam di Cikadeuen, Pandeglang. Sekitar 7 km dari lokasi Batu Quran.

Dari berbagai versi sejarah batu qur’an, satu hal yang harus kita yakini adalah bahwa setiap kekasih Allah (waliyullah) diberikan keistimewaan berupa karomah yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa seperti kita.

Karomah tersebut hanya sekedar bukti atas keshalehan dan derajat keimanan para Auliya’ yang begitu dekat kepada Allah SWT.

 

ﻭَٱللّٰهُ أَﻋْﻠَﻢُ بِٱﻟﺼَّﻮَٱﺏِ

Baca Lainnya

Cap Go Meh di Apresiasi Puluhan Ribu Sejabodetabek

12 February 2025 - 15:38 WIB

Mahasiswa KKN IAIN Langsa Berperan Aktif di Balai Pengajian Ibu Jami’ah

12 February 2025 - 12:41 WIB

Kunjungi Pelaku UMKM: Mahasiswa KKN Melakukan Kegiatan Pengolahan Produk Ekor Bare Crispy

11 February 2025 - 03:32 WIB

Antusiasme Warga Kampung Kalapa Cagak Rayakan Mapag Sri Sebagai Ungkapan Syukur Hasil Panen

10 February 2025 - 07:37 WIB

STQH Tingkat Kecamatan Dompu ke-28 di Buka Resmi Sekda Dompu

10 February 2025 - 07:21 WIB

Mahasiswa KKN Kelompok 7 IAIN Langsa Gelar Sosialisasi Pengolahan Daun Kelor (MORINGA)

10 February 2025 - 02:32 WIB

Trending di Pendidikan