Menu

Mode Gelap
 

Sri Mulyani vs. Purbaya Yudhi Sadewa: Dua Gaya Berbeda, Satu Tujuan untuk Ekonomi Indonesia

- Nusakata

23 Oct 2025 14:22 WIB


					Penulis : Maman Darmansyah, S. Hum., M. Pd Perbesar

Penulis : Maman Darmansyah, S. Hum., M. Pd

NUSAKATA.COM – Selama lebih dari 20 tahun, posisi Menteri Keuangan Indonesia identik dengan nama Sri Mulyani Indrawati. Beliau dikenal dengan disiplin, tegas, dan dihormati dalam kancah dunia internasional.

Ditangannya, APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) bukan sekadar kumpulan angka, tetapi wujud prinsip yang penuh kehati-hatian.

Sri Mulyani selalu menjaga agar defisit anggaran dan utang negara tetap terkendali, sehingga kepercayaan investor internasional terjaga. Bagi para pelaku pasar, namanya jadi simbol stabilitas dan integritas, meski ada yang menilai kebijakannya terkesan kaku ketika berhadapan dengan tuntutan sosial.

Kini kursi Menteri Keuangan diduduki Purbaya Yudhi Sadewa, seorang ekonom dengan pengalaman di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Gaya Purbaya yang lebih lugas dan progresif, dalam pandangannya APBN sebagai alat untuk menggerakkan ekonomi rakyat, mendorong belanja sosial, pembangunan inklusif, dan stimulus fiskal agar pertumbuhan ekonomi lebih cepat.

Jika Sri Mulyani fokus pada stabilitas, Purbaya menekankan percepatan dan pemerataan. Meski berbeda, keduanya tidak sepenuhnya bertolak belakang. Sri Mulyani membangun fondasi kepercayaan global, sementara Purbaya ingin melangkah lebih jauh dengan memanfaatkan fondasi tersebut.

Bagi Purbaya, ekonomi yang stabil itu penting, tapi harus diiringi dengan kebijakan yang mendorong pemerataan dan kesejahteraan rakyat.
Awal masa jabatannya tidak mudah. Tekanan global seperti gejolak geopolitik dan harga komoditas menjadi ujian pertama.

Pasar modal sempat bergejolak dan nilai rupiah melemah. Banyak pihak mempertanyakan, “Mampukah Purbaya menjaga kredibilitas seperti Sri Mulyani?”
Sosok seorang Sri Mulyani mendapat banyak pengakuan, baik dari dalam maupun luar negeri. Forbes menempatkannya sebagai salah satu wanita paling berpengaruh didunia, sementara World Bank dan IMF memuji kebijakan fiskalnya yang menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, terutama dimasa krisis global 2008 dan pandemi COVID-19.

Disisi lain, sebagian kalangan menilai pendekatannya terlalu konservatif dan terlalu fokus pada kehati-hatian fiskal sehingga kurang responsif terhadap kebutuhan sosial dan pertumbuhan ekonomi domestik jangka pendek.

Sementara itu, Purbaya Yudhi Sadewa dikenal sebagai ekonom dengan pandangan progresif. Sebagai mantan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan ekonom utama di Danareksa, ia terbiasa berpikir strategis dalam konteks stabilitas keuangan. Dalam beberapa wawancara publik, seperti yang dikutip oleh CNBC Indonesia dan Kompas, Purbaya menekankan pentingnya APBN sebagai instrumen untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui belanja produktif dan pemerataan kesejahteraan.

Namun, gaya lugasnya kadang dinilai terlalu optimistis oleh sebagian pelaku pasar yang khawatir terhadap risiko fiskal jangka panjang.
Sri Mulyani merepresentasikan “teknokrat idealis” yang menjunjung tinggi disiplin fiskal dan tata kelola keuangan negara yang bersih.

Ia berhati-hati, rasional, dan berorientasi pada kredibilitas jangka panjang. Sebaliknya, Purbaya lebih seperti “ekonom rakyat” yang percaya bahwa fiskal harus bergerak lebih dinamis untuk menstimulus ekonomi riil. Ia menonjolkan keberanian, inovasi, dan semangat percepatan.

Keduanya memiliki peran strategis dan saling melengkapi. Sri Mulyani membangun kepercayaan internasional sebagai pondasi kuat ekonomi Indonesia, sedangkan Purbaya mencoba memanfaatkan pondasi itu untuk mendorong pemerataan dan inklusivitas.

Harapan saya, Purbaya dapat menjaga disiplin fiskal yang telah diwariskan Sri Mulyani sambil menambahkan sentuhan progresif yang lebih berpihak pada rakyat kecil. Dengan sinergi dua gaya ini maka stabilitas dan percepatan Indonesia berpeluang melangkah menuju ekonomi yang tangguh dan berkeadilan.

Seiring waktu, keduanya akan terus dibandingkan. Namun sejarah tidak hanya menilai siapa yang lebih baik, melainkan bagaimana strategi keduanya saling melengkapi dalam perjalanan ekonomi Indonesia.

• Sri Mulyani meninggalkan warisan stabilitas fiskal dan kepercayaan internasional.
• Purbaya hadir membawa semangat percepatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Dua gaya berbeda, tetapi tujuan sama: mewujudkan kemakmuran rakyat dan memperkuat ekonomi Indonesia.

 

Penulis : Maman Darmansyah, S. Hum., M. Pd

Baca Lainnya

Demografi : Pemuda Dalam Memimpin

21 October 2025 - 18:52 WIB

Maspupah Ahriyanti: Perempuan Masa Kini Bukan Sekadar Pelengkap, Tapi Penggerak Perubahan Sosial

18 October 2025 - 15:11 WIB

Perempuan masa kini semakin berani bersuara dan mengambil peran strategis di berbagai sektor.

Tema “Peran Generasi Muda dalam Kewarganegaraan Digital”

18 October 2025 - 09:39 WIB

Politik Pangan dan Hari Tani

14 October 2025 - 08:40 WIB

Dari Protes ke Krisis: Mengapa Rakyat Kian Tak Percaya Pada Aparat?

14 October 2025 - 08:01 WIB

Peristiwa Politik Pemilu Presiden 2024 : Dampak dan Harapan bagi Indonesia

10 October 2025 - 17:02 WIB

Trending di Opini