NUSAKATA.COM – Dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), kembali menunjukkan soliditas kebangsaan. Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) melakukan silaturahmi dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan KH Ahmad Dahlan Nomor 103, Yogyakarta, Rabu (20/8/2025).
Masyarakat pun menilai bahwa pertemuan yang berlangsung hangat itu menegaskan pentingnya ukhuwah Islamiyah dalam menjaga arah kebangsaan Indonesia di tengah dinamika global. Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya menekankan bahwa sejarah panjang bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kontribusi Muhammadiyah dan NU.
“Merekatkan kembali ukhuwah antar-ormas yang telah teranyam dalam babak sejarah panjang bangsa adalah jalan yang fardhu ditaukîd, melalui konsensus yang berdampak nyata bagi tegaknya negara-bangsa yang beradab, bahkan bagi kemaslahatan seluruh alam. Inilah ikhtiar yang harus terus kita jaga bersama,” ujar Gus Yahya.
Sementara itu, Haedar Nashir menegaskan bahwa silaturahmi PP Muhammadiyah dan PBNU bukanlah hal baru, melainkan tradisi yang terus dirawat sebagai teladan bagi umat di akar rumput.
“Selama ini PP Muhammadiyah dengan PBNU sudah sering bertemu untuk saling bersilaturahmi, dan menjalin persaudaraan sesama ormas Islam besar di Republik ini,” jelas Haedar.
Haedar juga mengingatkan bahwa kekuatan umat Islam sangat ditentukan oleh soliditas ukhuwah. Apalagi, di era media sosial yang penuh arus informasi bebas, umat berisiko terbelah jika tidak mengedepankan persatuan.
“Umat Islam tidak akan kuat dan maju jika tidak memupuk dan memperkuat ikatan ukhuwah, lebih-lebih di era medsos yang sangat bebas,” katanya.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa kelemahan ormas keagamaan akan berdampak langsung pada kondisi bangsa.
“Jika Muhammadiyah, NU, maupun ormas kebangsaan lainnya lemah, maka bangsa Indonesia pun akan ikut melemah. Di sinilah posisi dan peran strategis ormas keagamaan di Indonesia yang perlu dijaga dan diperkuat bersama,” pungkas Haedar. (Dewa).