Nusanews.co – Menghimpun jasad Para Syuhada dan Menguburkannya, Rasulullah SAW menghampiri orang-orang yang terbunuh sebagai syuhada dan bersabda.
“Aku menjadi saksi atas mereka, bahwa tidaklah ada yang terluka karena Allah SWT, melainkan Allah SWT akan membangkitkannya pada Hari Kiamat, lukanya berdarah, warnanya darah namun baunya adalah bau minyak kesturi.”
Sebagian sahabat ada yang sudah membawa para korban yang terbunuh ke Madinah. Lalu beliau memerintahkan agar mengembalikan para korban itu ke Uhud dan menguburkannya di tempat masing-masing menemui ajalnya, tanpa dimandikan.
Jasad mereka dikuburkan beserta pakaian yang melekat di badan setelah melepas bahan-bahan pakaian dari besi dan kulit. Satu lubang diisi dua atau tiga jasad, dan setiap dua orang dibungkus dengan satu lembar kain.
“Siapakah yang lebih banyak hafal Al-Qur’an?” tanya beliau.
Setelah mereka menunjuk seseorang yang dimaksudkan, maka orang itulah yang lebih dahulu dimasukkan ke dalam liang lahat, dan beliau bersabda,
“Aku menjadi saksi atas mereka pada Hari Kiamat.”
Jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr bin Al-Jamuh dihimpun dalam satu liang, karena diketahui keduanya saling mencintai.
Mereka kehilangan mayat Hanzhalah. Setelah mencari kesana kemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran air di sana. Rasulullah SAW mengabarkan para sahabat bahwa malaikat sedang memandikan jasadnya. Lalu beliau bersabda, “Tanyakan kepada keluarganya, ada apa dengan dirinya?”
Lalu mereka bertanya kepada istrinya, dan dikabarkan tentang keadaannya sedang junub saat berangkat perang. Dari kejadian ini dia mendapatkan julukan Ghasilul Malaikat (orang yang dimandikan malaikat). (Zadul-Ma’ad, 2/94.)
Setelah melihat keadaan Hamzah, paman dan saudara susuan, Rasulullah SAW amat berduka. Tatkala bibi beliau, Shafiyah hendak melihat jasad saudaranya, Hamzah, maka beliau memerintahkan anaknya, Az-Zubair untuk mengalihkan agar tidak melihat apa yang menimpa jasad Hamzah.
“Ada apa memangnya?” tanya Shafiyah, “kudengar saudaraku itu banyak mendapat luka, dan itu terjadi karena Allah SWT. Kami ridha sekalipun keadaan sedemikian rupa. Aku akan tabah dan sabar insya Allah.” Lalu dia mendekati jasad Hamzah, memandanginya lalu berdoa baginya. Setelah itu dia mundur dan memohon ampun baginya. Rasulullah SAW memerintahkan agar jasad Hamzah dikubur satu liang dengan jasad Abdullah bin Jahsy, keponakannya dan saudara sesusuan.
Ibnu Mas’ud berkata, kami tidak pernah melihat Rasulullah SAW dalam keadaan menangis lebih sesegukan daripada tangisannya atas Hamzah bin Abdul Muththalib. Beliau memeluknya kemudian berdiri di sampingnya. Beliau menangis lagi hingga terisak-isak.”
Pemandangan para syuhada benar-benar sangat mengenaskan dan membuat hati teriris-iris. Khabbab berkata,”Tidak ada kafan bagi Hamzah selain selembar mantel yang berwarna putih bercampur hitam.
Jika mantel itu ditarik ke bagian kepala, maka kakinya menyembul, dan jika ditarik ke bagian kaki, maka kepalanya yang menyembul. Akhirnya mantel itu ditarik menutupi kepala dan kakinya ditutupi dengan daun.”( Misykatul-Mashabih, 1 140.)
Abdurrahman bin Auf berkata, ” Mush’ab bin Umair terbunuh, padahal dia lebih baik daripada aku. Dia dikafani dengan mantel. Jika bagian kepalanya ditutupi, maka kakinya menyembul, dan jika kakinya yang ditutupi, maka kepalanya yang menyembul.” Riwayat serupa juga berlaku bagi Khabbab.
Dalam keadaan seperti ini Rasulullah SAW bersabda kepada kami,”Tutuplah mantel itu ke bagian kepalanya dan tutupkan dedaunan ke bagian kakinya.” (Shahih Al-Buktıari, 2/579, 584)
Sumber : Sirah Nabawiyah ditulis oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri Penerjemah Kathur Suhardi