NUSAKATA.COM – Suku Baduy merupakan salah satu kelompok masyarakat adat di Indonesia yang masih mempertahankan tradisi leluhur secara ketat.
Berada di pedalaman Banten, suku ini dikenal dengan gaya hidupnya yang menolak modernisasi dan tetap menjaga kearifan lokal.
Meski berdekatan dengan hiruk-pikuk perkotaan, masyarakat Baduy tetap teguh pada adat istiadat mereka, menjadikannya salah satu komunitas unik di Indonesia.
Asal Usul dan Sejarah Suku Baduy
Berdasarkan berbagai catatan sejarah, suku Baduy berasal dari suku Sunda asli dan telah ada sejak lebih dari lima abad lalu. Mereka menetap di wilayah yang dikenal sebagai Tanah Kanekes dan menyebut diri mereka sebagai Orang Kajeroan atau Baduy Dalam.
Sejarawan dan antropolog memiliki berbagai pendapat mengenai asal-usul suku Baduy. Beberapa sumber menyebut bahwa masyarakat Kanekes masih memiliki keterkaitan dengan Kerajaan Sunda yang pernah berjaya di wilayah Jawa Barat.
Ada juga yang beranggapan bahwa mereka adalah kelompok masyarakat yang menjaga kawasan suci atau mandala yang telah ditetapkan oleh kerajaan pada masa lalu.
Menariknya, masyarakat Baduy sendiri menolak anggapan bahwa mereka merupakan keturunan pelarian dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda.
Mereka lebih percaya bahwa komunitasnya telah ada sejak dahulu dan memiliki tradisi yang berbeda dari masyarakat Sunda lainnya.
Struktur Sosial dan Pembagian Kelompok Suku Baduy
Secara umum, suku Baduy terbagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu:
1. Baduy Dalam (Tangtu)
Tinggal di tiga kampung utama: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik.
Memegang teguh aturan adat yang disebut pikukuh atau prinsip hidup yang ketat.
Tidak menggunakan teknologi modern, seperti listrik, kendaraan, atau alat komunikasi.
Mengenakan pakaian serba putih sebagai simbol kesucian dan keterikatan pada adat leluhur.
2. Baduy Luar (Panamping)
Berada di wilayah perbatasan antara Baduy Dalam dan dunia luar.
Lebih terbuka terhadap pengaruh modern, seperti menggunakan barang elektronik dan menerima wisatawan.
Mengenakan pakaian berwarna hitam atau biru tua, melambangkan keterbukaan terhadap budaya luar.
3. Baduy Dangka
Tinggal di luar wilayah Kanekes tetapi masih memiliki ikatan budaya dengan suku Baduy.
Lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat luar dan telah banyak beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Kehidupan Masyarakat Baduy
1. Kepercayaan dan Agama
Suku Baduy menganut kepercayaan yang dikenal sebagai Sunda Wiwitan, sebuah ajaran yang berakar pada pemujaan terhadap roh leluhur dan harmoni dengan alam. Mereka percaya pada keberadaan Sang Hyang Keresa, pencipta alam semesta yang harus dihormati melalui berbagai ritual dan pantangan.
2. Sistem Mata Pencaharian
Mayoritas masyarakat Baduy bermata pencaharian sebagai petani ladang. Mereka menanam padi huma (padi ladang) tanpa menggunakan pupuk kimia atau alat pertanian modern. Selain bertani, mereka juga menenun kain secara tradisional dan menjual hasil kerajinan tangan kepada wisatawan.
3. Gaya Hidup dan Aturan Adat
Hidup sederhana adalah prinsip utama masyarakat Baduy. Mereka tidak menggunakan kendaraan dan selalu berjalan kaki, bahkan untuk perjalanan jauh. Selain itu, mereka juga tidak menggunakan alas kaki sebagai simbol kemandirian dan keterikatan dengan alam.
Dalam pembangunan rumah, masyarakat Baduy menggunakan bahan alami seperti kayu, bambu, dan ijuk, tanpa paku atau bahan bangunan modern lainnya. Rumah mereka dibangun dengan konsep ramah lingkungan dan mudah dibongkar jika diperlukan.
Penolakan terhadap Modernisasi dan Internet
Baru-baru ini, tetua adat Baduy mengajukan permintaan agar wilayah mereka terbebas dari jaringan internet. Permintaan ini diajukan sebagai bentuk perlindungan terhadap budaya dan nilai-nilai leluhur mereka dari pengaruh negatif dunia maya.
Surat permohonan tersebut ditandatangani oleh pemuka adat, termasuk Tangtu Tilu Jaro Tujuh, Wakil Jaro Tangtu, Tanggungan Jaro 12, Wakil Jaro Warega, serta diketahui oleh Jaro Pamarentah (Kepala Desa Kanekes).
Keputusan ini mencerminkan komitmen masyarakat Baduy untuk tetap menjaga keaslian budaya mereka dan menolak arus modernisasi yang bisa mengubah tatanan adat yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Kesimpulan
Suku Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang masih memegang teguh warisan leluhur. Meski hidup berdampingan dengan dunia modern, mereka tetap mempertahankan tradisi dan aturan adat yang telah ada selama berabad-abad.
Keunikan suku Baduy tidak hanya terletak pada sistem sosial dan gaya hidupnya yang sederhana, tetapi juga pada keteguhan mereka dalam menjaga identitas budaya di tengah arus globalisasi.
Hal ini menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana kearifan lokal dapat tetap lestari di era modern.
Bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dalam kehidupan suku Baduy, menghormati adat dan aturan yang mereka terapkan adalah bentuk apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia. (Zie)