Menu

Mode Gelap
 

Sejarah dan Makna Idulfitri Dari Masa Jahiliyah

- Nusakata

31 Mar 2025 08:14 WIB


					Sejarah dan Makna Idulfitri (Gambar/Ist) Perbesar

Sejarah dan Makna Idulfitri (Gambar/Ist)

NUSAKATA.COM – Sebelum Islam hadir, masyarakat Arab pada masa jahiliyah telah memiliki dua hari raya, yaitu Nairuz dan Mahrajan.

Perayaan ini diisi dengan berbagai pesta yang tidak bermanfaat, seperti minum minuman memabukkan, menari, dan berbagai bentuk adu ketangkasan.

Menurut Ensiklopedi Islam, kedua perayaan tersebut berasal dari tradisi Persia Kuno. Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu tentang kewajiban puasa Ramadhan, hari raya tersebut digantikan dengan Idul Fitri dan Idul Adha, yang memiliki nilai dan makna lebih baik. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Pada masa jahiliyah, setiap tahun terdapat dua hari yang dijadikan sebagai waktu bersenang-senang. Ketika Rasulullah tiba di Madinah, beliau bersabda: Allah telah mengganti dua hari tersebut dengan perayaan yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i).

Dalam sejarah Islam, perayaan Idul Fitri pertama kali diselenggarakan pada tahun 624 M atau tahun ke-2 Hijriyah, bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Badar.

 

Makna Idul Fitri  

Idul Fitri bukan sekadar perayaan atas keberhasilan menahan lapar dan haus selama Ramadhan, tetapi lebih dari itu, hari ini menjadi momentum pengampunan bagi umat Islam yang telah menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan.

Menurut kitab Hasiyah al-Bujairami alal Khatib karya Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairami, Idul Fitri tidak hanya soal mengenakan pakaian baru, meskipun hal itu dianjurkan sebagai simbol kebersihan dan syiar Islam.

Esensi sebenarnya dari Idul Fitri adalah peningkatan ketakwaan. Syekh Sulaiman menyatakan bahwa hari raya bukanlah bagi mereka yang mengenakan pakaian baru, melainkan bagi orang yang semakin taat kepada Allah SWT dan dosa-dosanya diampuni.

Pada hari raya ini, umat Islam dianjurkan untuk berbuat baik dan menebarkan kebahagiaan. Salah satu wujudnya adalah kewajiban membayar zakat sebelum Idul Fitri agar dapat membantu mereka yang membutuhkan.

Kebaikan yang dilakukan selama Ramadhan mencapai puncaknya pada Idul Fitri, sehingga kebahagiaan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.

Menurut Prof. HM Baharun, Idul Fitri sejatinya merupakan perayaan kemenangan iman dan ilmu atas hawa nafsu yang telah dikendalikan selama Ramadhan.

Muslim yang berhasil menahan diri sepanjang bulan suci akan kembali dalam keadaan fitrah dan pantas merayakan hari kemenangan ini dengan cara yang baik dan benar.

Baca Lainnya

Sekda Banten Dinilai Ingkari Janji, Masyarakat Bojonegara Puloampel Merasa Dikerdilkan

27 November 2025 - 08:56 WIB

Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor Majasari Di Gelar

23 November 2025 - 15:25 WIB

Tetap Beroperasi Meskipun Ilegal, Diduga Batching Plan di Cihara Dibekingi Orang Kuat

20 November 2025 - 17:07 WIB

UAR Dukung Sukses Seminar Internasional “Megathrust Solution” di Universitas Indonesia

13 November 2025 - 16:12 WIB

PPKHI Sumbawa Tunjukkan Kepedulian Hukum: Dampingi Klien dengan Integritas dan Empati

12 November 2025 - 08:36 WIB

Kemenag Banten Didemo Mahasiswa Minta Tangkap Oknum Koruptor

11 November 2025 - 11:55 WIB

Trending di News