Teruntuk kamu telah ku titipkan rindu
Pada senja yang seteduh wajah mu,
langit memerah seperti pipi mu yang membara, Menggabarkan indahya bola mata mu.
Segala kenangan telah tersimpan dalam jiwa.
Satu hal yang kamu tidak tahu prihal melupakan dirimu jujur aku tak mampu.
Karena ingatan tetangmu serupa dengan malam walau ia gelap hari ini ia akan datang ke esokan harinya.
Ada sesuatu yang terasa hampa
Saat langit semakin gelap gulita
Ada sesuatu yang terasa berbeda
Saat hujan turun di antara mega
Sendiri dan sepi ingin rasanya aku berlari.
Mengejar sebuah mimpi yang tak kunjung datang menepi.
Segelas kopi dan roko serta suara katak dan jangkrik yang selalu menemani.
Haruskan aku berlari atau hanya berdiam diri di sini.
Ketika senja berlalu dan pergi Ketika aku terhenti bernyanyi.
Ingin rasanya aku kembali Menemani mu sepanjang waktu.
Ooohh…. pujaan hati pelipur lara.
Kau bagaikan bulan menerangi malam seperti bintang yang menghiasinya.
Begitulah dirimu.
Tak ada hentinya aku mencintai mu.
Tak ada ujungnya aku menyanjung mu dan mendamba mu.
Ku tatap hamparan hijau di kaki bukit
Hembusan angin irama hening,
Suara kidung yang semakin relung
Visual wajah mu begitu nampak di mega.
Kau adalah puisi yang tak bersyair.
Sebuah kata-kata yang renyah untuk di baca, Karena kau adalah keindahan yang tak terwakilkan oleh sebuah bahasa.
Dunia terasa berbeda saat diriku mengenalmu, sungguh dunia terasa ber-warna dan pelangipun kembali tersenyum.
Segala kerinduan memanggil namamu
Di setiap malam kau hadir dalam mimpiku
Bayanganmu selalu menghampiri ku.
Oleh : Husen hijriyah