Nusakata.com – Di balik kemenangan seorang pemimpin, ada banyak tangan yang tak terlihat. Bekerja dalam diam. Senyap. Tidak berisik. Namun, tetap memastikan setiap langkahnya sampai ke garis finis.
Barangkali, saya hanyalah satu bagian kecil dari sebuah perjalanan besar. Sebuah proses yang melibatkan begitu banyak orang. Bergabung untuk satu tujuan: menghantarkan pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Tangerang.
Sebagai konsultan politik, tugas saya tidak hanya memberi saran. Atau membuat strategi di atas kertas. Saya terjun langsung ke lapangan. Mendampingi Paslon di setiap kampanye.
Oleh karenanya, saya harus bekerja dengan serius dan penuh tanggung jawab. Memenangkan orang yang sudah memberi tugas dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya. Kepercayaan itu harus dijawab dengan kerja keras.
Hari-hari saya dipenuhi pendampingan. Tak ada waktu untuk jeda, apalagi lelah. Dalam sehari, sekitar 4 hingga 6 titik yang harus didatangi. Desa demi desa kami sambangi. Dari yang terletak pinggir kota hingga pelosok yang jarang disentuh.
Di setiap sudut desa, ada cerita yang tak pernah benar-benar usai. Langkah-langkah kecil menapaki jalanan berdebu, menyusuri gang-gang sempit. Membawa segenggam harapan yang tak kasatmata.
Di sana, saya bertemu dengan berbagai komunitas. Mulai dari ibu rumah tangga, petani, pedagang, buruh, seniman, hingga tokoh masyarakat. Setiap orang punya cerita, punya harapan, punya keresahan.
Semua itu menjadi bahan berharga. Terutama untuk menyusun strategi kerja yang bukan hanya efektif, tetapi juga berakar pada kebutuhan nyata masyarakat. Dengannya, kami kaya narasi dan referensi.
Sebab Pilkada bukan sekadar perebutan kekuasaan. Ia adalah panggung besar tempat janji-janji dilontarkan dan kepercayaan dipertaruhkan. Ini soal harapan hajat hidup orang banyak.
Kini, Pilkada telah selesai. Hasilnya, pasangan calon yang saya dampingi berhasil meraih kemenangan. Unggul sesuai hitungan matang. Tugas saya sebagai konsultan politik lima tahunan selesai sudah.
Saya pamit dari hiruk-pikuk perpolitikan Pilkada. Bagi saya kontestasi sudah selesai. Sekarang saatnya kembali menjadi diri sendiri. Seorang individu yang tetap merawat nalar kritisisme. Membersamai banyak kalangan yang sempat terabaikan.
Tradisi diskusi harus kembali dihidupkan. Kritik dan suara lantang harus terus ada, agar keadilan tetap terjaga. Karena pemerintahan yang baik lahir dari rakyat yang tidak pernah diam. Tangerang tidak boleh senyap. Harus terus dijejali suara dari pojok kiri.
Sebab, diskusi merupakan denyut nadi dari masyarakat yang hidup. Melalui kritik yang sehat dan suara lantang, kita menjaga roda pemerintahan tetap berada di jalurnya. Tidak korup. Juga tidak semena-mena.
Masyarakat yang diam berarti tidak peduli. Karena itu, mari terus berbicara. Bukan sekadar untuk mengkritik, tetapi untuk membangun kesadaran kolektif. Bahwa suara kita penting. Setiap harapan kecil punya tempat di panggung besar ini.
Sebagai penutup, saya ingin mengucapkan selamat kepada pasangan calon terpilih. Semoga dapat menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Tidak disalahgunakan. Apalagi ingkar janji.
Dan tentu saja, janji-janji yang mereka sampaikan selama kampanye bukan sekadar kata-kata, tapi benar-benar menjadi kenyataan. Karena harapan masyarakat tidak boleh dikhianati.
Ini bukan akhir dari perjalanan, tetapi sebuah langkah awal menuju babak baru. Dan kita semua merupakan bagian dari perjalanan itu. Mari terus kawal, terus berkontribusi, dan terus berjuang demi kebaikan bersama. ***