Nusakata.com – Dalam rangka memperingati 26 tahun tragedi berdarah Simpang KKA, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Muda Seudang Kabupaten Bireuen menyerukan pentingnya mengingat kembali sejarah kelam pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Aceh. Sabtu, (3/5/2025).
Seruan ini disampaikan langsung oleh Kepala Departemen Advokasi, Politik & Hukum DPW Muda Seudang Bireuen, Khairul Amri, pada Jumat (3/5/2025).
Dalam keterangannya, Khairul Amri menegaskan bahwa peristiwa Simpang KKA bukan sekadar catatan sejarah, melainkan luka kolektif rakyat Aceh yang harus terus diingat sebagai wujud penghormatan terhadap para korban dan upaya bersama untuk menegakkan keadilan.
“Kami menyerukan agar negara tidak abai terhadap sejarah pelanggaran HAM berat di Aceh, termasuk tragedi Simpang KKA. Ini adalah pengingat bahwa damai tidak boleh melupakan keadilan. Para korban dan keluarganya berhak mendapatkan kejelasan dan pengakuan atas apa yang telah terjadi,” ujar Khairul.
Tragedi Simpang KKA terjadi pada 3 Mei 1999 di Aceh Utara, ketika aparat keamanan menembaki massa aksi damai yang tengah menyampaikan protes. Insiden ini mengakibatkan puluhan warga sipil meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka. Hingga kini, kejelasan hukum dan pengakuan dari negara terhadap peristiwa tersebut dinilai belum sepenuhnya terwujud.
Khairul Amri menambahkan bahwa pengungkapan kebenaran atas berbagai pelanggaran HAM di masa lalu merupakan bagian krusial dalam membangun perdamaian pasca-MoU Helsinki tahun 2005.
“Kita tidak bisa membangun masa depan yang adil jika masa lalu yang penuh luka tidak pernah disembuhkan. Penegakan HAM bukan hanya untuk para korban, tapi juga untuk generasi masa depan yang ingin hidup dalam masyarakat yang beradab,” tambahnya.
DPW Muda Seudang Bireuen juga mendorong Pemerintah Aceh dan legislatif untuk memperkuat peran Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) Aceh. Dukungan politik dan anggaran yang memadai dinilai sangat penting agar lembaga ini bisa menjalankan fungsinya secara efektif.
Sebagai bagian dari generasi muda Aceh, Khairul juga mengajak seluruh pemuda untuk tidak melupakan sejarah perjuangan dan pengorbanan rakyat Aceh.
Ia menekankan bahwa pemuda harus berada di garda terdepan dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
“Pemuda Aceh harus menjadi pelopor dalam menegakkan nilai-nilai keadilan dan hak asasi. Kita tidak boleh diam ketika sejarah mencoba dilupakan,” tutupnya.