NUSAKATA.COM – Ratusan pemuda lintas iman di Kota Serang berkumpul di Alun-alun Barat Kota Serang dalam sebuah kegiatan yang sarat makna. Di tengah meningkatnya suhu politik dan ketegangan sosial di berbagai daerah, mereka hadir bukan untuk melakukan demonstrasi, melainkan untuk berdoa bersama. Doa tersebut dipanjatkan dengan penuh harapan, menyerukan perdamaian, serta menolak segala bentuk kekerasan yang kian marak terjadi di Indonesia.
Kegiatan ini diberi tajuk “Doa Bersama Lintas Iman untuk Bangsa”, yang berlangsung dengan khidmat dan penuh kekeluargaan. Para pemuda datang dari berbagai latar belakang organisasi keagamaan dengan satu tujuan yang sama: menjaga persatuan, merawat kerukunan, dan menolak perpecahan.
Kehadiran organisasi seperti GUSDURian Serang Raya, GP Ansor Kota Serang, GAMKI Banten, Pemuda Tridharma Indonesia PD Serang, PD Pemuda Muhammadiyah Kota Serang, Dharma Taruna Banten, Pemuda Katolik Banten, Naposobulung Pemuda HKBP Serang, FOKAPELA Banten, Umah Budaya Kaujon, hingga komunitas kepercayaan lokal, mencerminkan sebuah potret kecil Indonesia-berbeda-beda namun tetap satu.
Selain doa lintas agama, acara juga menampilkan penampilan seni. Beberapa seniman lokal bersama perwakilan organisasi membacakan puisi kebangsaan berjudul Hikayat Pohon dan Mencari Semar karya Peri Sandi Huizche.
Melalui karya sastra itu, mereka menyuarakan kecintaan terhadap tanah air sekaligus kegelisahan atas kondisi bangsa yang tengah menghadapi tekanan. Di akhir pembacaan puisi, suasana menjadi semakin syahdu ketika seluruh peserta menyatu dalam hening doa.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Serang, KH Matin Syarkowi, memimpin pernyataan sikap bersama. Suaranya menggema di tengah alun-alun, menekankan bahwa bangsa ini sangat membutuhkan ketenangan, bukan pertikaian. Pernyataan itu seolah mewakili aspirasi semua peserta yang hadir.
Ritual Budaya dan Lima Seruan Damai
Sebagai simbol harapan atas bumi yang damai, prosesi ruwatan bumi dan peletakan bunga dilakukan di tengah alun-alun. Ritual budaya ini menjadi puncak acara, menyampaikan pesan bahwa bumi, layaknya bangsa, harus dirawat dengan kasih sayang, persaudaraan, dan kepedulian bersama.
Koordinator lapangan sekaligus Ketua GP Ansor Kota Serang, Muhammad Rijal, membacakan lima seruan damai dari pemuda lintas iman.
Pertama, doa khusus untuk para korban demonstrasi yang mengalami luka maupun kehilangan nyawa.
Kedua, imbauan kepada pemerintah agar tidak mengeluarkan pernyataan yang justru memperkeruh suasana.
Ketiga, ajakan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi.
Keempat, seruan untuk saling menjaga antarwarga sebagai wujud cinta tanah air. Kelima, permintaan kepada TNI dan Polri agar mengutamakan pendekatan humanis dalam menangani aksi unjuk rasa.
“Kami ingin negara ini damai, bukan diseret ke jurang konflik,” tegas Rijal dengan penuh keyakinan.
Dari pihak Pemuda Tridharma Indonesia PD Serang, Maya Sari Putri menekankan pentingnya nilai welas asih dalam ajaran Buddha.
Ia mengingatkan bahwa cinta kasih dan penghormatan terhadap perbedaan adalah fondasi utama dalam menciptakan kedamaian. “Melalui doa bersama ini, mari kita tumbuhkan semangat saling menghargai,” ucapnya.
Sahril Anwar, penggerak GUSDURian Serang, menggarisbawahi bahwa keberagaman seharusnya menjadi kekuatan, bukan sumber perpecahan. Ia juga menyinggung kondisi bangsa yang dinilainya semakin berat akibat represifitas aparat serta kebijakan pemerintah yang memicu keresahan.
“Korupsi merajalela, rakyat ditekan, elit hidup mewah. Ini bukan soal politik, ini soal keadilan sosial,” ungkapnya lantang. Sahril menegaskan, pemuda harus menjadi penyejuk, hadir di tengah masyarakat sebagai penopang perdamaian.
Mordenit Banyuurip, Kabid Aksi dan Pelayanan GAMKI Banten, menyampaikan seruan agar pejabat publik lebih sensitif dan berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan. Menurutnya, elit politik seharusnya fokus pada kesulitan rakyat, bukan memperkeruh suasana.
“Jangan sampai ucapan elit justru menyulut kemarahan rakyat,” ujarnya.
Dari Pemuda Muhammadiyah Kota Serang, Ifan Jami mengingatkan agar warga menjaga kampung dan lingkungannya dari pihak-pihak provokator.
Ia mengimbau masyarakat untuk bekerja sama dengan TNI-Polri dalam menjaga fasilitas publik dan aset negara.
“Kalau diperlukan, kita harus turut serta menjaga keamanan bersama aparat,” katanya.
Sementara itu, Frandy Seda dari Pemuda Katolik Banten menekankan pentingnya dialog. Ia menyerukan agar pemerintah lebih cepat tanggap dalam merespons keresahan rakyat.
“Kepada TNI dan Polri, mari kita suarakan kesejukan kepada masyarakat, bangun dialog yang mempererat hubungan,” tutur Frandy.
Ketua Naposobulung Pemuda HKBP Serang, Salomo Simanungkalit, menegaskan bahwa penyampaian aspirasi tetap penting dilakukan, namun harus lewat cara yang damai, bukan anarkis.
Ia memperingatkan masyarakat agar tidak terpengaruh kelompok yang hanya ingin merusak kehidupan bangsa.
“Jangan biarkan kelompok-kelompok yang ingin memecah belah bangsa ini mengambil panggung,” tegasnya.
Acara ini juga disemarakkan dengan doa macapat khas Kepercayaan Nusantara yang dibawakan oleh Putri Wartawati. Menurutnya, ruwatan bukan hanya tradisi, melainkan pengingat agar bangsa dirawat dengan cinta, bukan amarah.
“Kita bersihkan energi negatif, bukan hanya dari bumi, tapi juga dari hati kita,” ucapnya.
Kegiatan doa lintas iman ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan nasional akibat gelombang demonstrasi yang berujung ricuh di beberapa kota.
Namun, pemuda Kota Serang memilih jalan berbeda: mereka menolak kekerasan, merangkul perbedaan, dan menghadirkan doa serta budaya sebagai perekat persaudaraan.
Inisiatif ini menjadi bukti nyata bahwa pemuda lintas iman mampu menjadi agen perdamaian. Mereka tidak hanya bersuara lewat media sosial, tetapi juga hadir langsung di tengah masyarakat untuk menghidupkan harapan.
Di saat bangsa berada di persimpangan krisis, langkah para pemuda Serang menghadirkan sebuah oase-sebuah ruang teduh di mana doa, budaya, dan kebersamaan menjadi jawaban atas keresahan. ***