NUSAKATA.COM- OPINI. Video mengejutkan dari Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat pada pertengahan Agustus 2025 mengguncang publik khususnya dunia pendidikan. Dalam rekaman yang beredar luas di media sosial, terlihat siswa SMP kelas 9 tidak mampu membaca dengan lancar, sementara siswa SMA kelas 12 bahkan tak bisa mengalikan angka sederhana, 3 x 4. Fakta ini terungkap saat Satpol PP Indramayu merazia pelajar yang kedapatan membolos sekolah pada 11 Agustus lalu.
Bupati Indramayu, Lucky Hakim, mengaku kaget sekaligus geram. Ia menuturkan, dari penelusuran yang dilakukan oleh pihaknya, terungkap bahwa masih banyak lulusan SD di Indramayu yang tidak menguasai kemampuan dasar membaca. Kondisi ini jelas memperlihatkan adanya krisis serius dalam sistem pendidikan dasar di wilayahnya.
Fenomena ini tentu bukan sekadar masalah kemampuan akademik semata, tetapi lebih dalam lagi menyentuh aspek psikologis, sosial, dan struktural pendidikan. Jika seorang siswa duduk di bangku SMA tetapi tak mampu perkalian sederhana, tentu ada rantai panjang kegagalan yang lolos dari pantauan sekolah, keluarga, bahkan negara.
“Mental Block” yang Terabaikan dan Solusi Hipnoterapi
Kasus tersebut sesungguhnya bisa jadi tidak sekadar soal kemalasan atau rendahnya kualitas pengajaran, melainkan indikasi adanya gangguan belajar spesifik. Masalah yang sering kali tidak terdeteksi sejak dini, sehingga anak terus dipaksa mengejar materi tanpa menyelesaikan akar persoalan: ketidakmampuan dasar membaca atau berhitung.
Bagi anak yang mengalami kesulitan membaca, menulis, atau berhitung, sering muncul efek samping psikologis: minder, takut ditertawakan, bahkan trauma ketika diminta tampil di depan kelas. Mental block ini makin memperparah kesulitan belajar mereka. Jika tidak ada intervensi khusus, anak-anak tersebut akan terus terjebak dalam lingkaran kegagalan.
Di sinilah hipnoterapi hadir sebagai salah satu alternatif solusi pendampingan yang patut dipertimbangkan.
Hipnosis bukanlah praktik mistis sebagaimana sering digambarkan di layar kaca. Hipnosis sebagai keilmuan dengan metode ilmiah yang sudah ratusan tahun digunakan untuk membantu mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam dunia kesehatan psikologis, hipnoterapi terbukti bermanfaat untuk menurunkan kecemasan, menghilangkan kebiasaan buruk, meningkatkan fokus, hingga membantu anak dengan gangguan belajar.
Konsep dasarnya sederhana: pikiran manusia terdiri atas pikiran sadar (conscious mind) yang berperan hanya sekitar 12 persen, dan pikiran bawah sadar (subconscious mind) yang mengendalikan sekitar 88 persen kehidupan kita. Nilai-nilai, keyakinan, hingga memori jangka panjang tersimpan di bawah sadar. Ketika anak mengalami trauma atau fobia belajar, sesungguhnya yang terblokir adalah pikiran bawah sadar mereka.
Hipnoterapi bekerja dengan memberikan sugesti positif, membongkar lapisan trauma, sekaligus menanamkan kembali kepercayaan diri. Misalnya, seorang anak yang takut membaca lantang karena pernah diejek, bisa dipulihkan rasa amannya melalui terapi hipnosis. Setelah mental block teratasi, barulah pelajaran membaca dan berhitung akan lebih mudah masuk.
Profesionalisme yang Terukur
Tentu, tidak semua orang bisa begitu saja menjadi hipnoterapis. Profesi ini sudah memiliki standar resmi di Indonesia. Para hipnoterapis profesional biasanya tergabung dalam organisasi profesi (Orpro), seperti Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI), yang telah bermitra dengan Kementerian Kesehatan RI. Hipnoterapis tidak hanya lulusan lembaga kursus atau lembaga pelatihan abal-abal, melainkan mereka telah diuji melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP KHI) yang bernaung di bawah Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Bahkan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus juga melakukan asesmen terhadap kompetensi hipnoterapis melalui Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) Hipnoterapi Indonesia. Artinya, keberadaan tenaga profesional ini sudah diakui negara dan dapat dipercaya.
Dengan ribuan hipnoterapis di Indonesia, sebenarnya pemerintah daerah seperti Indramayu tidak perlu kebingungan. Mereka hanya perlu membuka diri dan berkolaborasi dengan para hipnoterapis profesional yang sudah bersertifikasi resmi.
Saatnya Berkolaborasi, Bukan Saling Menyalahkan
Kasus siswa tidak bisa membaca dan menghitung bukanlah aib yang cukup ditutupi dengan ekspresi marah atau sekadar menyalahkan guru. Namun peristiwa ini dapat menjadi momentum refleksi nasional untuk memperbaiki pendidikan dasar secara menyeluruh.
Pemimpin pemerintah daerah yang mau mengajak masyarakat profesional untuk turun tangan dalam pendampingan anak dengan gangguan belajar, seharusnya menjadi pintu masuk kolaborasi. Hipnoterapis, guru, hingga komunitas literasi bisa duduk bersama merancang program terpadu.
Pemerintah daerah pun perlu menyediakan ruang uji coba: misalnya kelas remedial berbasis hipnoterapi bagi siswa SMP-SMA yang terdeteksi kesulitan baca-tulis-hitung. Tentu biayanya tidak sebanding dengan risiko kerugian generasi yang gagal kompetitif di masa depan.
Pendidikan bukan hanya soal kurikulum dan anggaran, melainkan juga keberanian untuk mencari solusi di luar arus utama. Jika Indramayu ingin lepas dari stigma “anak SMA tak bisa perkalian”, maka pendekatan inovatif perlu segera dilakukan.
Hipnoterapi bukanlah jalan pintas, tetapi salah satu metode yang bisa mengurai simpul persoalan psikologis yang selama ini diabaikan. Dengan pendampingan oleh hipnoterapis profesional, anak-anak yang terhambat bisa kembali percaya diri, membuka blokade bawah sadar mereka, dan perlahan mengejar kemampuan dasar yang semestinya.
Kita tentu sepakat: pendidikan bermutu untuk semua bukan sekadar slogan. Ia harus diwujudkan dengan keberanian untuk mencoba cara-cara baru demi masa depan generasi bangsa.
Penulis: I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya, Instruktur Hipnosis di Lembaga Olah Pikir Indonesia LOA, serta Dewan Pengawas Lembaga Sertifikasi Kompetensi Hipnoterapi Indonesia, mitra Ditjen Pendidikan Vokasi, PK & PLK Kemendikdasmen