NUSAKATA.COM – Dengan memanfaatkan kekayaan hayati yang melimpah, Indonesia berupaya mengintegrasikan jamu dan obat berbahan alami ke dalam sistem pelayanan kesehatan nasional sebagai jawaban atas tantangan kesehatan di era modern.
“Jamu bukan hanya tentang kesehatan, tapi juga cerminan budaya dan potensi ekonomi yang luar biasa,” ungkap Direktur Produksi dan Distribusi Farmasi Kementerian Kesehatan, Dita Novianti Sugandi, dalam peringatan Hari Jamu Nasional, seperti dikutip dari Antara.
Potensi Jamu sebagai Obat Herbal Masa Kini
Keanekaragaman hayati Indonesia membuka peluang besar untuk mengembangkan jamu menjadi obat herbal yang berstandar modern. Temulawak, misalnya, telah ditetapkan sebagai Tanaman Obat Indonesia Unggulan (TOIU) berkat manfaatnya yang telah terbukti secara farmakologis, klinis, dan ekonomis.
Landasan hukum seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 memperkuat upaya Kementerian Kesehatan dalam menghadirkan jamu dan obat tradisional ke dalam fasilitas layanan kesehatan, termasuk rumah sakit dan puskesmas.
Salah satu inisiatif nyata adalah pembukaan klinik herbal di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, yang juga mendukung pengembangan wisata kesehatan berbasis jamu.
Harapan Besar untuk Masa Depan Jamu
Kombinasi antara dukungan regulasi dan riset ilmiah menjadi pondasi penting untuk mewujudkan jamu sebagai bagian dari layanan kesehatan nasional. Langkah ini tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemandirian farmasi nasional.
Dengan memadukan inovasi sains dan kearifan lokal, Indonesia optimistis dapat menjadi pelopor global dalam pengembangan obat herbal yang aman, terjangkau, dan efektif. Jamu pun diharapkan mampu memenuhi kebutuhan domestik sekaligus menembus pasar internasional.
Jamu kini tidak hanya menjadi warisan leluhur, tetapi juga solusi kesehatan modern yang selaras dengan kebijakan pemerintah dan hasil penelitian ilmiah.