NUSAKATA.COM – Sekelompok massa yang tergabung dalam Gerakan Solidaritas Masyarakat Nelayan menggelar aksi menuntut keadilan bagi Casmito (50), seorang nelayan asal Desa Teluk, Labuan, yang meninggal dunia setelah kapal kecilnya diduga ditabrak kapal tongkang di wilayah perairan Pasauran, Serang, sekitar dua minggu lalu. Kamis, (26/9/2025).
Di tengah aksi tersebut, suara lantang Andar Kusnandar, Sekretaris HNSI Labuan, menggema melalui pengeras suara yang dibawa.
“Kami tidak menuntut hal yang berlebihan. Kami hanya ingin ada kepastian hukum, santunan untuk keluarga korban, dan kompensasi atas kapal yang tenggelam,” serunya.
Dalam orasinya, Andar menegaskan bahwa bagi para nelayan, kehilangan kapal berarti kehilangan sumber penghidupan.
“Bagaimana mereka bisa kembali melaut jika kapal satu-satunya sudah hilang di laut Pasauran? Nahkoda dan anak buah kapal yang selamat kini tak lagi memiliki sarana untuk mencari nafkah,” lanjutnya.
Otoy, seorang nelayan muda dari Desa Teluk, juga turut menyuarakan keresahan mereka.
“Yang kami harapkan sederhana saja: kapal diganti, keluarga korban diberi santunan. Empat orang yang selamat sudah mengatakan kapal mereka ditabrak tongkang, tapi hingga kini pemilik kapal itu belum diketahui,” katanya dengan nada kesal.
Bagi Otoy dan rekan-rekannya, aksi ini bukan sekadar unjuk rasa, tapi juga wujud komitmen mereka untuk terus mengawal kasus ini hingga ada kejelasan.
“Intinya, kami hanya minta pertanggungjawaban. Itu saja,” ucapnya singkat tapi penuh tekanan.
Sementara itu, bagi keluarga Casmito, hari-hari setelah kecelakaan menjadi masa yang penuh kecemasan. Mereka terus menunggu di tepi pantai Labuan, berharap Casmito ditemukan selamat.
Namun harapan itu pupus pada Selasa (16/09/2025) pagi, ketika jenazah Casmito ditemukan terdampar di pantai Desa Tejang, Pulau Sebesi, Lampung Selatan—jauh dari lokasi tenggelamnya kapal miliknya, Nanjung Sari.
Bagi komunitas nelayan di Labuan, solidaritas adalah kekuatan utama. Mereka menyadari bahwa tanpa persatuan, suara mereka bisa hilang ditelan deru mesin kapal-kapal besar. Di tengah gelombang tuntutan, nama Casmito kini menjadi simbol perjuangan: nelayan kecil yang hilang di laut, meninggalkan keluarga dan sahabat yang kini bersatu menuntut keadilan. ***