NUSAKATA COM- Setiap pertengahan Februari, perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine Day selalu menjadi topik hangat, termasuk di kalangan umat Islam. Tanggal 14 Februari identik dengan tradisi bertukar hadiah antara pasangan, seperti cokelat dan bunga, sebagai simbol cinta.
Namun, perayaan ini menuai beragam pandangan di tengah masyarakat Muslim. Sebagian menentangnya karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam, sementara yang lain memilih merayakannya dengan versi yang dianggap lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pesatnya perkembangan zaman dan kemudahan akses terhadap budaya asing membuat Valentine Day semakin populer, terutama di kalangan generasi muda Muslim. Perayaan ini telah merambah berbagai wilayah, baik perkotaan maupun pedesaan.
Berbagai cara digunakan untuk mengekspresikan kasih sayang, mulai dari sekadar bertukar hadiah hingga perayaan yang lebih ekstrem, seperti hubungan di luar pernikahan. Bahkan, berdasarkan data dari beberapa apotek, penjualan alat kontrasepsi meningkat hingga 25 persen pada tanggal ini, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas seksual pada Hari Valentine.
Dari perspektif akidah, perayaan Valentine Day kerap dikritik karena dinilai dapat melemahkan keimanan umat Islam dan mendorong gaya hidup hedonis. Selain itu, momen ini juga dimanfaatkan oleh industri untuk meraup keuntungan besar dalam satu hari, seiring meningkatnya konsumsi produk terkait perayaan ini.
Perdebatan mengenai perayaan ini terus berlanjut, dengan umat Islam dihadapkan pada pilihan untuk mengikuti tren global atau tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama.
Penulis : Dian Ardiansyah
Editor : Nusakata.com