Kami disambut kakak terbesar. Ia sudah berkeluarga dengan anak dua. Sebagai terbesar, ia menjadi leader. Ia menggantikan peran ibunya sebagai pemimpin keluarga. Ia bertanggung jawab terhadap adik-adiknya, termasuk menjaga keluarga dari gangguan. Oleh karena itu, ia meneliti kami. Beberapa hal ditanyakan, dan kami sangat memaklumi. Beruntung pendamping dan ia pernah sekolah di tempat yang sama.
Setelah beberapa saat perkenalan, kami diizinkan untuk membantu mengisi beberapa kolom di formulir. Seharusnya bisa langsung dibantu ke system online. Tapi masyarakat harus sesekali didorong untuk mengisi sendiri, supaya mereka tahu betapa berharganya ilmu dan pengetahuan. Apalagi data yang harus diisikan cukup banyak. Bahkan terlalu rinci untuk sebuah bantuan. Bisa jadi, beberapa hal membuat malas untuk menjelaskan.
Di keluarga keempat, inilah yang paling layak dibantu oleh pemerintah. Dimanakah mereka berada? diantara semua. Rumah dari GRC. Luasnya tidak memadai, jika secara negara telah menentukan harus 8 m2 per setiap orang. Jumlah anggota keluarganya banyak, termasuk kakek dan neneknya. Secara kebetulan, orang yang kami Tanya di pinggir jalan adalah kakeknya. Dialah yang menjadi penunjuk jalan.
Posisi (letak) rumahnya di deretan kedua. Tanpa bertanya, rumah di depannya termasuk Keluarga Sejahtera III. Sementara keluarga keempat ini termasuk pra-Sejahtera. Warnanya dalam peta adalah merah. Seharusnya pemerintah sadar bahwa tiap hari di-alarm oleh warganya. Tanda merah adalah tanda ‘musibah’. Jika pemerintah abai, tidak hanya salah secara konstitusi, tapi secara agama telah khianat.