Petualangan baru dimulai setelah perempatan Bojong. Ada beda signifikan, kontras sekali di perempatan. Jika lurus dan belok kanan, model jalannya tidak beda dengan arah datang. Tapi jalan ke arah kiri cukup menantang. Daerah itu seakan dianaktirikan. Bisa jadi di dalam sana, tidak ada manusia yang butuh perhatian. Jalan dulu kah? Kemudian manusia berdatangan, ataukah manusianya dahulu, kemudian jalannya diperhatikan. Wallahu a’lam.
Tujuan kami jalan-jalan adalah “melanggar” PSBB. Istilah itu kami pahami sebagai promosi, silaturahmi, berkunjung, dan berbagi. Padahal, kami hanya membawa badan, pakaian, senyuman, dan sedikit informasi. Jadilah yang kami bagikan hanya informasi disertai manisnya senyuman kami. Alhamdulillah, dengan izin Allah, tidak satupun keluarga yang ditemui berani menolak/mengusir kami. Begitulah karena sama-sama mempunyai hati.
Dalam rencana, ada empat subyek yang akan ditemui. Plus, ada seseorang yang akan menjadi guide selama perjalanan silaturahmi ini. Dialah penunjuk jalan, dia seorang berpendidikan, Strata 2 Pendidikan. Ia seorang penduduk asli menempati wilayah para warga yang akan ditemui. Jika penulis merasa kesulitan untuk menembus keramahan penduduk, maka ada Nabi Harun a.s. untuk membantu dakwah Nabi Musa a.s.
Jika bagian dari jalan-jalan ini ada silaturahmi, mau tidak mau harus ada saat untuk berhenti. Ada salam untuk pembukaan, dan mestinya ditutup dengan pamitan. Di tengah-tengahnya ada why here n how get the benefit. Di setiap rumah, ada speak dan introduksi, “Kamu siapa darimana?” Jika di setiap rumah dialokasikan selama 15 menit, maka terkumpul waktu selama 75 menit alias 1 jam 15 menit.