Menu

Mode Gelap
 

Dokter Langka, Rumah Sakit Jauh, Potret Krisis Kesehatan di Lebak

- Nusakata

28 Nov 2025 01:04 WIB


					Dokter Langka, Rumah Sakit Jauh, Potret Krisis Kesehatan di Lebak Perbesar

Di tengah luasnya wilayah Kabupaten Lebak, daerah-daerah terpencil nyaris tak terdengar namanya di ruang publik, ribuan warga hidup dengan jarak yang jauh dari fasilitas kesehatan. Tempat-tempat seperti inilah, pentingnya kesehatan masyarakat sebagai pondasi kesejahteraan di Lebak terasa seperti wacana yang masih belum jelas.

Warga yang tinggal di daerah terpencil seperti Citorek, Sobang, Lebak Gedong, Cibeber, serta sejumlah daerah di bagian selatan menyimpan tantangan geografis yang tak main-main. Warga harus menempuh jarak puluhan kilometer untuk mengakses layanan kesehatan. Hal ini membuat warga menghabiskan lebih banyak waktu bepergian
dan lebih lama untuk mengakses layanan kesehatan.

Hak atas kesehatan adalah hak dasar setiap warga negara. Pada kenyataannya di Lebak menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat menjangkau hak itu dengan mudah. Dalam situasi seperti ini, nyawa kerap dipertaruhkan hanya karena jarak dan akses.

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak tahun 2023, jarak dari Citorek dan Sobang ke rumah sakit di pusat Kabupaten sekitar ±60 sampai 70 km. Sedangkan wilayah selatan seperti Bayah Malingping menuju rumah sakit rujukan dapat memakan waktu berjam-jam. Artinya, warga di daerah terpencil harus menempuh perjalanan panjang ke Rumah Sakit yang memadai. Seperti di RSUD Adjidarmo, yang memang jarak tempuh nya tidak sebentar untuk sampai ke Pusat Kabupaten.

Dalam konteks kesehatan, ini menjadi bom waktu. Bukan karena penyakitnya tak bisa disembuhkan, tapi karena bantuan tak sempat datang. Akibatnya, pelayanan kesehatan di Lebak akan berdampak hilangnya kepercayaan masyarakat pada sistem kesehatan itu sendiri. Seharusnya, pemda Lebak khususnya dinas terkait memastikan hak setiap warganya dimana pun mereka tinggal tidak lagi mempertaruhkan nyawa karena jarak yang begitu jauh untuk sampai ke RSUD.

Sementara ketika darurat datang komplikasi saat melahirkan, serangan jantung, kecelakaan, henti napas, atau bahkan anak dengan demam akut. Dalam situasi yang seharusnya ditangani menit demi menit, warga justru harus bergulat dengan perjalanan panjang yang menguras tenaga dan waktu. Tidak sedikit yang akhirnya “menyerah” di tengah jalan sebelum sempat mendapat pertolongan.

Saya sendiri sudah lama merasakan keresahan ini, bahkan sebelum keluarga saya mengalami musibah. Saya sering melihat warga kampung terlambat ditangani karena jarak rumah sakit terlalu jauh. Waktu tempuh ke rumah sakit saja sudah menjadi perjuangan, belum lagi ketika sudah sampai di fasilitas kesehatan namun pelayanan lambat karena antrean, keterbatasan tenaga medis, hingga proses administrasi yang begitu lambat.

Salah satu contoh nyata keluarga saya hanyalah salah satu cerminan kecil dari banyak kejadian serupa. Kakak ipar saya sempat dibawa ke klinik dan masih terdeteksi ada nyawa. Namun ketika sampai di rumah sakit, semuanya sudah terlambat. Bukan berarti saya mengabaikan takdir, tapi takdir tidak pernah bisa dijadikan alasan untuk membiarkan sistem yang lamban. Apalagi jika masalahnya bisa dipecahkan dengan kebijakan yang tepat.

Kenapa masalah ini begitu mendesak? Karena Kabupaten Lebak dengan luas ±3.305 km² dengan geografis pegunungan dan pesisir. Populasi penduduk lebih dari 1,3 juta jiwa hanya dilayani oleh sejumlah kecil rumah sakit, yang sebagian besar terpusat di Rangkasbitung dan Malingping. Ketimpangan akses kesehatan inilah yang membuat banyak warga tidak terlayani dengan cepat terhadap layanan kesehatan yang seharusnya menjadi hak mereka.

Namun di tengah segala keterbatasan itu, muncul solusi yang mulai menjangkau mereka yang berada di daerah terpencil itu, yakni sebuah kebutuhan paling mendesak mendirikan rumah sakit umum tambahan khususnya Lebak bagian selatan, tengah, dan barat. Selain itu, percepatan pelayanan darurat, peningkatan tenaga kesehatan, dan pemerataan ambulans desa yang tentu jadi angin segar bagi warga di daerah terpencil.

Dari suara keresahan mereka (warga) yang hidup di daerah terpencil, yang harus berjuang dua kali melawan penyakit dan jarak. Sudah saatnya Pemda Lebak khususnya dinas terkait memastikan setiap warganya di daerah pelosok terpenuhi akses kesehatan yang layak dengan tenaga medis yang cukup.

Oleh – Pitri Awaliyah Aktivis Perempuan Lebak

Baca Lainnya

Manipulasi Gerakan Radikalisme Menyusup Di Jiwa Idealisme

25 November 2025 - 18:54 WIB

Di Balik Senyum Anak Pedalaman, Ada Infrastruktur yang Gagal Dibangun

20 November 2025 - 13:57 WIB

Ketum PC PMII Kabupaten Serang Serukan Penolakan KUHP

19 November 2025 - 00:43 WIB

Perawat Tokoh Vital Dalam Mewujudkan Pembangunan Kesehatan Bangsa

12 November 2025 - 18:02 WIB

Koalisi Mahasiwa Demokrasi Indonesia : Soeharto dan Sarwo Edhie Bukan Pahlawan

10 November 2025 - 20:10 WIB

Syahrus Sobirin: Warisan Pembangunan Soeharto Masih Terasa Hingga Kini

5 November 2025 - 21:18 WIB

Trending di News