NUSAKATA.COM — Puluhan mahasiswa dari berbagai organisasi yang tergabungdalam aliansi Jaringan Mahasiswa UntukRakyat (JAMUR) menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Kabupaten Pandeglang, Kamis (4/9).
Aksi ini mengangkat tema “Ganyang Dewan Pengkhianat Rakyat”, sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan DPRD yang dianggap tidak pro-rakyat.
Kelompok mahasiswa yang terlibat berasal dari berbagai elemen, di antaranya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI), Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA), serta Forum BEM Pandeglang.
Dalam tuntutannya, massa mendesak DPRD Pandeglang untuk:
1. Melakukan pemangkasan terhadap tunjangan perumahan, transportasi, operasional, dan dana reses yang dianggap terlalu besar dan tidak relevan dengan kondisi daerah.
2. Menghentikan perjalanan dinas ke luar kota yang dinilai tidak transparan dan tidak memiliki urgensi yang jelas.
3. Bersikap tegas terhadap berbagai permasalahan daerah yang berdampak buruk bagi masyarakat.
4. Segera menggelar sidang istimewa untuk merevisi Peraturan Daerah (Perda) terkait tunjangan dan perjalanan dinas yang dianggap memboroskan anggaran publik.
Aksi yang dimulai sejak siang hari itu sempat diwarnai ketegangan. Dari pantauan di lapangan, situasi memanas saat massa mencoba mendekati gerbang utama kantor DPRD. Bentrok fisik antara mahasiswa dan aparat pun tak terelakkan, menyebabkan kericuhan sebelum akhirnya berhasil dikendalikan.
Hatta, Ketua GMNI Cabang Pandeglang yang juga bertindak sebagai koordinator lapangan aksi, menyampaikan kritik tajam terhadap kinerja DPRD.
“Alih-alih memperjuangkan kepentingan masyarakat, DPRD justru terjebak dalam kepentingan pribadi—menumpuk tunjangan, menikmati perjalanan dinas yang tidak jelas arah dan hasilnya, serta lamban dalam merespons persoalan rakyat,” ujar Hatta dalam orasinya.
Ia menambahkan bahwa aksi ini baru permulaan, dan mahasiswa siap kembali turun ke jalan jika aspirasi mereka tak ditanggapi.
“Ada bentrok antara massa aksi dan aparat tadi, tapi ini belum selesai. Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, kami siap turun lagi dengan kekuatan yang lebih besar,” tegasnya.
Sikap serupa juga disampaikan oleh Rapiudin, Koordinator Forum BEM Pandeglang yang tergabung dalam aliansi JAMUR. Ia menyayangkan absennya perwakilan DPRD untuk menemui massa aksi, dan menyebut hal itu sebagai bentuk pengabaian terhadap suara publik.
“Yang kami suarakan hari ini adalah cerminan dari kondisi sosial masyarakat Pandeglang. Angka kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, tapi DPRD justru sibuk menikmati tunjangan dan fasilitas yang tak berdampak nyata. Jika dalam 1×24 jam tak ada tanggapan, kami akan kembali turun,” tegas Rapiudin.
Aksi berlangsung hingga malam hari. Usai menyanyikan Mars Mahasiswa di depan Tugu Jam Pandeglang sebagai simbol perlawanan moral, massa membubarkan diri secara tertib. Evaluasi aksi kemudian dilanjutkan di Graha Pancasila (GP) Pandeglang.