Nusakata.com – Apakah Ali bin Abi Thalib pernah ke Nusantara?
Dirangkum nusakata.com yang dikutif dari beberapa sebagian sumber, para tokoh terdahulu pernah menjejaki ke wilayah Nusantara.
Tulisan sejarah ini memang cukup menarik, bahkan bisa dibilang fenomenal. Jika kita menelusuri beberapa referensi memang ada sebagian tulisan yang menerangkan bahwa Sayyidina Ali yang mana seorang shahabat sekaligus menantu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah datang ke Nusantara. Benarkah demikian. ?
Dalam sejarahnya, masuknya Islam di Nusantara memang berasal dari banyaknya pedagang dan ulama-ulama yang datang ke Indonesia untuk berdakwah.
Sebab, ketika Islam baru saja bersinar di Jazirah arab, dengan cepat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengirimkan para shahabatnya untuk berlayar menuju berbagai penjuru dunia tak luput juga Nusantara agar cahaya Islam juga bercahaya di negeri khatulistiwa ini.
Dari sejarah penyebaran islam tersebut, beberapa referensi tulisan yang saya temukan terdapat hal yang cukup mengejutkan.
Bahwa tertulis Ali bin Abi Thalib pernah ke Nusantara tepatnya di daerah Garut Jawa Barat. Bahkan tidak hanya Sayyiduna Ali namun shahabat-shahabat Rasulullah yang lain pun pernah ada yang sampai di Nusantara.
Berikut keterangan dan Referensinya:
1. Ali bin Abi Thalib
Dikisahkan pada tahun 625 Masehi Sayyiduna Ali bin Abi Thalib pernah datang dan berdakwah ke Cirebon dan Garut, Jawa Barat (Tanah Sunda), Indonesia atau kala itu masih bernama Nusantara. Perjalanan dakwahnya meliputi kawasan Nusantara dan juga Negara lainnya seperti, Filipina, Singapura, Thailand, Campha (Vietnam), Laos, Myanmar, Kamboja. (Qishshatud Dakwah fi Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, halaman 31 dan S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39).
2. Ja’far bin Abi Thalib
Shahabat lainnya yang juga pernah datang ke Indonesia adalah Ja’far bin Abi Thalib, ia berdakwah di daerah Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dipa), Indonesia, sekitar tahun 626 Masehi/ 4 Hijriah (Qishshatud Dakwah fi Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, halaman 33).
3. Ubay bin Ka’ab
Ubay bin Ka’ab juga pernah berdakwah di Sumatera Barat, Indonesia. Kedatangannya tertulis sekitar tahu 626 Masehi/ 4 Hijriyah dan kemudian kembali lagi ke Madinah.(Qishshatud Dakwah fi Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.35).
4. Abdullah bin Mas’ud
Abdullah bin Mas’ud pernah menyebarkan Islam di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah sekitar tahun 626 Masehi/ 4 Hijriyah. (G. E. Gerini, Futher India and Indo-Malay Archipelago).
5. ‘Abdurrahman bin Mu’adz bin Jabal, serta putranya Mahmud dan Isma’il.
Rombongan ini pernah sampai di Nusantara sekitar tahun 625 Masehi/4 H. Abdurrahman bin Mu’adz bin Jabal wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. (Qishshatud Dakwah fi Arahbiliyyah. (Nusantara), 1929, h.38).
6. Akasyah bin Muhsin Al-Usdi
Sekitar tahun 623 Masehi/ 2 Hijriah Akasyah bin Muhsin Al-Usdi menyebarkan Islam di Palembang, Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, ia kembali ke Madinah. (Qishshatud Dakwah fi Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, halaman 39; Pangeran Gajahnata, Sejarah Islam Pertama di Palembang, 1986; R.M. Akib, Islam Pertama di Palembang, 1929; T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968).
7. Salman Al-Farisi
Shahabat Rasulullah yang satu ini juga pernah berdakwah ke Kerajana Perlak, Aceh Timur sekitar tahun 626 M/ 4 H dan kembali lagi ke Madinah. (Qishshatud Dakwah fi Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39).
8. Zaid ibn Haritsah
Sedangkan setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam wafat, Zaid bin Haritsah juga pernah berdakwah di Kerajaan Lamuri/Lambari (Lambharo/Lamreh, Aceh) pada tahun 35 H (718 M).
9. Wahab bin Abi Qabahah
Ia pernah berkunjung di Riau, berdakwah dan menetap selama 5 tahun di sana sebelum lagi pulang ke Madinah. (Kitab ‘Wali Songo dengan perkembangan Islam di Nusantara’, Haji Abdul Halim Bashah, terbitan Al Kafilah Enterprise, Kelantan, 1996, m/s 79, bab 9).
Adapun memang sebagian orang yang berpendapat bahwa sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak pernah sampai ke Indonesia dan mengatakan bahwa kisah tersebut hanya cerita karangan belaka.
Walaupun demikian, kita sebagai pembaca bisa mencari referensi lain untuk memperbandingkan sejarah. Karena sejarah adalah sumber pengetahuan.
Sebab untuk menguatkan pendapat tersebut diatas pun masih banyak rujukan buku sejarah yang perlu digali lagi.
Fakta yang paling penting dari semua ini adalah bahwa kita wajib bersyukur akan sampainya dakwah islam di bumi Nusantara dan menjadikan kita salah satu dari umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
Hal ini menandakan bahwa rahmat dan kasih sayang Allah telah melingkupi kita semua.
Sumber : Kajian Kitab Turats Ulama ASWAJA