Opini | Cinta adalah sesuatu yang wajar, indah, bahkan sering dianggap sebagai alasan manusia bertahan hidup. Namun, ketika cinta dikonsumsi berlebihan dan sepenuh hati hanya dipersembahkan untuk satu orang, ia bisa berubah menjadi jebakan yang menyakitkan.
Kita sering salah kaprah dalam memahami cinta. Banyak yang menganggap semakin besar pengorbanan, semakin murni rasa sayang itu. Padahal, cinta yang terlalu mendominasi justru bisa membuat seseorang kehilangan dirinya sendiri.
Bayangkan ketika semua waktu, perhatian, bahkan kebahagiaan hanya dipusatkan pada satu orang. Kita lupa bahwa hidup memiliki banyak sisi lain yang sama pentingnya: keluarga, sahabat, cita-cita, bahkan kesehatan mental. Saat hubungan itu retak atau berakhir, dunia seolah runtuh—karena kita sudah menaruh semua harapan pada satu titik yang rapuh.
Bahaya cinta yang berlebihan bukan hanya soal patah hati. Lebih jauh, ia bisa melahirkan ketergantungan emosional, rasa takut kehilangan yang berlebihan, hingga perilaku tidak sehat seperti cemburu buta atau mengontrol pasangan. Alih-alih memberi ruang untuk tumbuh bersama, cinta seperti ini justru mengurung dan melemahkan.
Maka, mencintai dengan wajar adalah kunci. Kita boleh mencintai seseorang sepenuh hati, tetapi jangan sampai melupakan cinta pada diri sendiri. Hidup bukan hanya tentang satu orang, melainkan juga tentang bagaimana kita tumbuh, berproses, dan menemukan arti yang lebih luas.
Karena pada akhirnya, cinta yang sehat bukanlah tentang melebur tanpa sisa, melainkan berjalan beriringan tanpa kehilangan arah.
Penulis : Doni