NUSAKATA.COM – Aksi mahasiswa bukan sekadar turun ke jalan, melainkan bentuk artikulasi keresahan dan perjuangan akan nilai-nilai keadilan. Sejarah bangsa telah membuktikan, mahasiswa selalu menjadi garda terdepan dalam mengawal demokrasi.
Namun demikian, dalam setiap aksi, ada tanggung jawab moral yang harus dijunjung tinggi: menjaga kondusifitas, menghindari provokasi, dan tidak merugikan masyarakat luas.
Doni Sanjaya Saputra, mahasiswa Fakultas Hukum UNSA, menyerukan kepada seluruh organisasi mahasiswa (ormawa) di lingkungan Fakultas Hukum agar ikut serta dalam aksi pada 2 September mendatang. Namun, ia menegaskan pentingnya menjaga sikap. Reaksi dalam aksi memang wajar, bahkan perlu, sebagai ekspresi suara rakyat. Akan tetapi, reaksi yang berlebihan justru dapat berbalik merugikan diri sendiri dan mencederai nilai demokrasi yang diperjuangkan.
Aksi yang berlandaskan intelektualitas, moralitas, dan kesadaran kolektif akan jauh lebih bernilai ketimbang sekadar keramaian tanpa arah. Demokrasi tidak akan tumbuh jika mahasiswa hanya larut dalam euforia, tanpa mengedepankan etika dan substansi tuntutan.
Karenanya, ajakan ini menjadi refleksi: bahwa mahasiswa, khususnya di Fakultas Hukum, harus mampu menunjukkan keteladanan dalam berdemokrasi. Aksi bukan sekadar simbol perlawanan, tetapi juga ruang pembelajaran, bagaimana suara kritis bisa hadir tanpa harus merusak tatanan sosial.
Di tengah tantangan bangsa hari ini, mari kita jaga aksi sebagai ruang intelektual yang bermartabat. Kritik tetap disuarakan, tapi dengan cara yang beretika, substansial, dan berpihak pada kepentingan rakyat. ***