NUSAKATA.COM – Kasus royalti musik yang sedang ramai diperbincangkan di Indonesia membawa dampak tak terduga bagi dunia perhotelan. Jika biasanya tamu hotel disambut dengan alunan musik, suasana berbeda justru terlihat di Hotel Riez Palace Tegal, di mana pengunjung kini disuguhkan dengan kicauan burung.
Inisiatif ini berasal dari pemilik hotel, Jamaluddin Ali Katiri, yang memilih menghentikan pemutaran musik. Sebagai gantinya, ia membeli 16 ekor burung dari pasar, merekam kicauannya, lalu memutarnya melalui pengeras suara di berbagai sudut hotel.
“Kita hanya memutar suara burung yang dibeli dari pasar. Anggap saja ini rejeki juga untuk pedagang burung. Setelah saya cari tahu, ternyata sudah banyak hotel dan kafe lain melakukan hal serupa,” ujar Jamaluddin dilansir Minggu (17/8/2025).
Dengan perubahan tersebut, atmosfer Hotel Riez Palace terasa lebih segar, alami, dan bernuansa back to nature. Meski terlihat sederhana, langkah ini menjadi bentuk protes kreatif terhadap kebingungan para pelaku usaha terkait aturan royalti musik yang tengah heboh.
Bagi Jamaluddin, keputusan tersebut bukan hanya untuk menghindari pembayaran royalti, melainkan juga upaya menghadirkan pengalaman unik bagi para tamu.
“Daripada terus memperdebatkan musik, lebih baik kita berikan alternatif. Banyak tamu merasa lebih rileks, seolah berada di tengah hutan,” tambahnya.
Fenomena ini menunjukkan nyata besarnya pengaruh isu royalti musik. Tak hanya di Tegal, sejumlah hotel dan kafe lain pun dikabarkan mulai mengikuti langkah serupa dengan mengganti musik menjadi suara burung maupun instrumen bernuansa alam.