NUSAKATA.COM – Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) menggelar Pelatihan Jurnalisme Warga bagi 20 lebih peserta dari masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul di Kantor Desa Citorek Timur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Minggu (10/8/2025).
Kegiatan ini mengangkat tema “Pelatihan Jurnalisme Warga kepada Komunitas Adat Kasepuhan Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi di Bidang Jurnalistik Guna Melestarikan Adat dan Hak Ulayat”. Tujuannya, membekali masyarakat adat dengan keterampilan jurnalistik agar mampu mengelola informasi, mengangkat narasi positif budaya Kasepuhan, serta melindungi hak ulayat dari ancaman pihak luar.
Ketua pelaksana, Mahpudin, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Sebagai dosen, kami tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga hadir di tengah masyarakat. Pelatihan ini kami rancang agar masyarakat adat memiliki keterampilan mengolah dan menyebarkan informasi secara tepat,” ujarnya.
Menurut Mahpudin, keterampilan ini bermanfaat untuk mendokumentasikan tradisi dan kegiatan adat, sehingga memiliki nilai sejarah dan menjadi bukti autentik saat dibutuhkan. Dokumentasi yang rapi juga berfungsi sebagai arsip budaya yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
Mahpudin menambahkan bahwa pelatihan ini juga berperan sebagai penguatan posisi tawar masyarakat adat.
“Jika masyarakat adat bisa membuat berita, memotret, dan menyimpan arsip kegiatan adat, maka itu bisa menjadi bukti sahih ketika terjadi sengketa lahan atau penyerobotan hak ulayat. Jadi manfaatnya bukan hanya untuk publikasi, tapi juga perlindungan hukum,” tegasnya.
Ia meyakini, penguasaan literasi digital akan membantu masyarakat adat mengendalikan narasi publik tentang mereka, sehingga citra positif budaya tetap terjaga.
Salah satu peserta, Baiz, mengungkapkan bahwa pelatihan ini membuatnya memahami cara bermedia sosial secara lebih bijak.
“Kami berterima kasih kepada Tim Pengabdian Masyarakat Untirta. Alhamdulillah, pelatihan ini membuka wawasan kami. Sekarang kami paham bagaimana menulis dan membagikan informasi tanpa memicu kontroversi. Media sosial bisa menjadi sarana memperkenalkan adat kami, bukan sekadar tempat hiburan,” ujarnya.
Baginya, keterampilan jurnalistik ini menjadi penting agar generasi muda adat dapat melawan hoaks dan menjaga reputasi komunitas mereka di dunia digital.
Sebagai narasumber, Aceng Murtado, menekankan bahwa jurnalisme warga adalah strategi untuk memperkuat posisi masyarakat adat di era informasi.
“Masyarakat adat tidak boleh hanya menjadi objek pemberitaan, tetapi harus mampu mengangkat suara mereka sendiri. Dengan keterampilan jurnalistik, mereka bisa mengontrol narasi, melestarikan adat, dan menjaga hak ulayat secara berkelanjutan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, narasi yang dibangun oleh masyarakat adat memiliki kekuatan ganda, melestarikan tradisi di satu sisi, dan meningkatkan posisi tawar di hadapan pihak luar di sisi lain.
Kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal terbentuknya jaringan jurnalis warga di wilayah Kasepuhan Banten Kidul. Dengan jaringan tersebut, kegiatan adat, upacara tradisi, kearifan lokal, hingga isu hak ulayat dapat terdokumentasikan dan dipublikasikan secara konsisten.
Sementara bagi UNTIRTA, ini adalah kontribusi nyata perguruan tinggi dalam menjaga kekayaan budaya Nusantara. dan bagi masyarakat adat Citorek, ini adalah bekal untuk mempertahankan warisan leluhur mereka di tengah derasnya arus globalisasi. ***