NUSAKATA.COM – Isu kebijakan pengelolaan sampah di Pandeglang kembali menjadi sorotan publik. Setelah sekelompok warga Desa Bangkonol membawa tumpukan sampah ke kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) pada Kamis pagi (7 Agustus 2025), ratusan pemuda melanjutkan aksi serupa di depan Kantor Bupati Pandeglang pada siang harinya.
Dalam unjuk rasa tersebut, massa membawa gerobak berisi sampah yang kemudian disebar di halaman Kantor Bupati sebagai bentuk kekecewaan terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang.
Mengusung tema “Pandeglang Gelap“, aksi ini berlangsung dengan nuansa simbolik. Para demonstran mengenakan pakaian hitam dan membawa bendera bajak laut dari anime One Piece, yang dikenal melambangkan semangat perlawanan dan kebebasan.
Pintu utama kantor bupati ditutupi spanduk bertuliskan “Sampah elit, pendidikan sulit”. Di sisi lain, pesan-pesan protes juga dituliskan menggunakan cat semprot di lantai sebagai bentuk kritik langsung terhadap pemerintah daerah.
“Bayangkan bagaimana kami harus menghirup bau menyengat dari tumpukan sampah ini setiap hari,” seru salah satu orator dalam aksinya.
Para peserta aksi menilai bahwa Bupati dan Wakil Bupati Pandeglang bersikap abai terhadap krisis lingkungan yang terjadi, terutama dampak buruk sampah terhadap kesehatan dan kenyamanan masyarakat.
“Mereka seakan menutup mata terhadap konsekuensi besar yang akan dihadapi Pandeglang ke depan,” tegasnya.
Usai berorasi di depan kantor bupati, massa melanjutkan aksi ke Tugu Jam di kawasan Alun-alun Pandeglang.
Aksi ini menegaskan bahwa permasalahan sampah di Pandeglang telah melampaui isu teknis semata, dan kini menjadi sorotan publik yang menuntut tanggapan dan solusi nyata dari pemerintah daerah.***