NUSAKATA.COM – Dalam dua tahun terakhir, pernikahan adat Sunda terasa kurang lengkap tanpa kehadiran mapag panganten atau yang lebih dikenal dengan sebutan Lengser.
Tradisi adat Sunda ini kembali naik daun dan menjadi pilihan hiburan utama dalam prosesi penyambutan pengantin. Rabu, (09/07/25).
Lengser merupakan seremoni penyambutan mempelai pria oleh keluarga mempelai wanita. Biasanya diisi dengan gimmick dramatis dan hiburan interaktif yang mampu mencairkan suasana tegang menjelang prosesi akad atau resepsi.
Satu tim dalam pertunjukan lengser biasanya terdiri dari tujuh orang: Aki Lengser, Ambu, satu Baksa (pembawa payung agung), dan empat penari perempuan.
Karakter Ambu dan Aki kerap menjadi sorotan karena peran mereka yang mengundang gelak tawa di tengah acara sakral.
“Awalnya saya tegang, deg-degan, tapi pas si Ambu muncul di tengah-tengah acara dan ada gimmicknya, akhirnya saya tertawa dan hilang rasa tegangnya,” ujar seorang pengantin pria saat ditanya soal pengalaman dengan tim lengser.
Senada, Adelia, seorang wanita paruh baya yang hadir sebagai tamu mengatakan,
“Ibu juga, kalau suatu saat nanti putri ibu nikahan mau pakai lengser ini. Lumayan buat hiburan.”
Di balik semakin populernya hiburan lengser, terdapat peran komunitas seni seperti Sanggar Seni Sekar Galuh, yang konsisten melestarikan seni tradisi dan membina talenta muda di bidang seni tari.
Fahrezi, pendiri sanggar tersebut, menjelaskan bahwa misi utama sanggar adalah pelestarian budaya sekaligus membuka peluang ekonomi bagi pemuda setempat.
“Tujuan utama didirikannya sanggar ini ya untuk mengembangkan bakat anak muda yang punya potensi di bidang seni, terutama seni tari. Yang kedua, ini yang paling penting sih: ya buat nyari cuan juga,” tambahnya sambil tertawa.
Menariknya, nama “Sekar Galuh” pun memiliki makna simbolik—‘Sekar’ untuk anggota perempuan, dan ‘Galuh’ untuk anggota laki-laki.
Berlokasi di Kampung Citaleus, Desa Kubangkondang, keberadaan Sanggar Sekar Galuh layak disebut sebagai “sanggar tersembunyi di pelosok negeri”.
Meski jauh dari pusat kota, aktivitas mereka terus hidup, salah satunya melalui akun Instagram @sanggarsekargaluh, yang kerap membagikan dokumentasi kegiatan seni dan filosofi mereka:
“Cinta akan keindahan adalah rasa. Penciptaan keindahan adalah seni.”