NUSAKATA.COM — Ketika ruang-ruang belajar semakin bising oleh ketimpangan, dan suara siswa kerap tertahan oleh tembok birokrasi yang membisu, sekelompok mahasiswa di Banten memilih untuk tidak tinggal diam.
Badan Eksekutif Mahasiswa Nusantara (BEMNUS) Wilayah Banten resmi meluncurkan Posko Aduan Pendidikan, sebagai ruang aspirasi bagi masyarakat yang mengalami ketidakadilan di dunia pendidikan.
Inisiatif ini lahir dari keprihatinan terhadap berbagai masalah yang kerap tak terdengar: mulai dari diskriminasi, intimidasi, pungutan liar, hingga ketimpangan akses pendidikan yang masih terjadi di berbagai lapisan masyarakat.
“Ini bukan sekadar posko dengan meja dan formulir. Ini ruang pengakuan. Tempat bagi suara-suara yang kerap dilupakan sistem,” ujar Robian Soheh, Presiden Mahasiswa STISIP Trimasda sekaligus Wakil Sekretaris Daerah BEMNUS Banten, yang turut menggagas posko tersebut.
Menurut Robian, pendidikan seharusnya memerdekakan, bukan membebani. Karena itu, kehadiran posko ini bukan untuk menggantikan peran institusi, melainkan menjadi pengingat bahwa masih banyak masalah yang luput dari perhatian.
Masyarakat dapat menyampaikan laporan secara daring melalui tautan https://forms.gle/VznVFoFTmiibEctb9 dengan jaminan kerahasiaan dan pendampingan dari tim BEMNUS Banten. Tim ini akan menindaklanjuti laporan yang masuk dan menjembatani komunikasi dengan pihak terkait.
“Kami tidak mengklaim sempurna, tapi kami berani memulai. Di negeri yang terlalu lama sibuk mengurus prosedur, suara rakyat kecil sering kali hanya jadi catatan kaki. Kami ingin menjadikannya pembuka bab baru — tentang pendidikan yang adil, bersih, dan manusiawi,” tegas Robian.
Melalui posko ini, BEMNUS Banten ingin mengembalikan peran mahasiswa sebagai penyambung suara rakyat.
Bahwa di tengah hiruk-pikuk gelar dan formalitas, mahasiswa tetap hadir di akar persoalan: mendengar, mencatat, dan menyuarakan.
“Bukan tinggi menara yang membuat cahaya terlihat, tapi nyalanya yang tak padam,” pungkas Robian.