NUSAKATA.COM – Pembina Masyarakat Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Kabupaten Bogor, Imaam Yakhsyallah Mansur, mengingatkan bahwa kematian bisa datang kapan saja dan tidak pandang usia, tua atau muda jika sudah saatnya tiba akan dipanggil kembali oleh kholiknya.
Hal tersebut disampaikan Imaam Yakhsyallah Mansur saat memberikan tausiyah usai pemakaman Nano Desi Triawan (35) putra bapak Anugerah warga masyarakat Pondok Pesantren Al-Fatah Kp. Pasirangin RT 02/05 Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (4/6/2025).
“Almarhum Nano Desi Triawan, putra pertama bapak Anugerah, masih sangat muda. Ini menjadi peringatan bagi kita semua bahwa ajal bisa datang kapan saja, tanpa memandang usia,” tutur Imaam Yakhsyallah Mansur.
Oleh karenanya beliau mengingatkan agar kaum muslimin selalu mengingat kematian sebagaimana senantiasa diingatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, “ Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.”
Lebih lanjut, Imaamul Muslimin menjelaskan bahwa dalam kubur seseorang akan ditanya tiga hal mendasar: siapa Rabb-mu, apa agamamu, dan siapa orang yang diutus kepadamu (Nabi Muhammad). Jawaban atas pertanyaan ini, jelas beliau, hanya bisa dijawab dengan benar oleh orang yang mengenal Rasulullah dari Al-Qur’an yang ia baca dan amalkan dalam hidupnya.
“Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga harus menjadi pedoman hidup kita,” tegas Imaam Yakhsyallah Mansur di hadapan warga masyarakat yang turut mengantarkan jenazah almarhum ke pemakaman.
Imaam juga mengingatkan agar kaum muslimin selalu membaca doa sebagaimana disunnahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika melewati atau memasuki kuburan, yaitu “Assalamu’alaikum ahladdiyari minal mu’miniina wal muslimiina wa inna insyaa Allahu bikum laahiqun.”
Artinya, “Keselamatan atas kalian wahai para penghuni negeri (kubur) dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian.”
Nano Desi Triawan diketahui sudah meninggal dunia pada Rabu (4/6) saat dibangunkan oleh bapaknya untuk sholat Shubuh sekitar pukul 04.30 WIB. Almarhum baru dua hari pulang ke rumah orang tuanya di Cileungsi. Selama ini Nano bersama isteri dan dua anaknya tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur.
Menurut keterangan bapak Anugerah, tidak ada tanda-tanda atau keluhan sakit sebelumnya.
“Nano tidak sedang sakit. Ketika menjelang Shubuh saya bangunkan dia diam saja, ternyata sudah meninggal dunia,” ungkap pengusaha air mineral TDSnol itu lirih.
Nano pernah belajar di Pondok Pesantren Al-Fatah dari MI hingga MTs. Kemudian melanjutkan di SMK Muhammadiyah Cileungsi dan kuliah di Samarinda hingga berkeluarga memiliki dua anak yang masih kecil-kecil.
Jenazah almarhum disholatkan oleh masyarakat dan para santri setelah sholat Ashar di Masjid At-Taqwa Komplek Pondok Pesantren Al-Fatah, lalu dimakamkan di pemakaman masyarakat pesantren tidak jauh dari tempat tinggal orang tuanya.
Kepergian Nano Desi Triawan menjadi pengingat bahwa kehidupan dunia bersifat sementara, dan kematian adalah kepastian yang bisa datang kapan saja. Semoga almarhum husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. (AM)