NUSAKATA.COM – Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengambil langkah tegas dengan menerapkan pendidikan ala barak militer bagi anak-anak bermasalah. Kebijakan ini menuai pujian sekaligus perdebatan luas.
Sebagai informasi, pendekatan ala KDM ini menyasar pelajar yang terlibat tawuran, bolos, kecanduan gawai (gadget), hingga tindak kekerasan. Menanggapi hal tersebut, seorang pendidik gereja, pendeta sekaligus pengajar hipnosis, Pdt. Barnabas Sumampouw angkat bicara.
Pendeta dari Manado Sulawesi Utara, dalam keterangannya pada Senin (12/05/2024), menilai kebijakan KDM bukan hanya solusi teknis, melainkan tamparan telak bagi semua pihak. Baik itu bagi orang tua, sekolah, hingga pemerintah.
“Saya jatuh cinta pada keberanian KDM, langkah ini bagai alarm darurat atas kondisi dan sistem pendidikan anak-anak kita yang mulai menyerah,” terangnya.
Ia menambahkan, di tengah kebingungan dan kebuntuan peran orang tua, lumpuhnya otoritas guru, dan masyarakat yang makin permisif cenderung tak peduli, pendekatan barak menurutnya dianggap tegas, cepat dan terukur.
Namun di sisi lain, rohaniawan yang telah berkecimpung puluhan tahun di bidang pendidikan dan kesehatan mental ini menyebut pendekatan ala KDM tersebut berbiaya sangat mahal. Selain kompleks, juga butuh SDM pendukung yang besar, yang belum tentu pemerintah daerah lain mampu menyiapkan anggaran yang cukup.
“Saya menegaskan, saya tidak menolak konsep barak militer ini sebagai solusi darurat, tapi pendekatan ini sangat mahal, sangat kompleks, dan butuh SDM besar. Ini berat di tengah keterbatasan anggaran pemerintah daerah lain, perlu komitmen yang totalitas seperti yang diambil KDM. Membangun karakter anak tidak bisa setengah-setengah,” sambungnya.
Dalam tulisannya, Barnabas menyebut ada pendekatan alternatif sekaligus bisa juga menjadi pendekatan pelengkap.
“Perlu kita ingatkan, apakah anak-anak harus dibentak dulu untuk bisa berubah? Ada solusi sunyi namun mendalam yaitu hipnosis dan hipnoterapi,” sebutnya.
Instruktur hipnotis dari Indonesian Hypnosis Centre (IHC), satu-satunya lembaga pelatihan hipnosis yang terkreditasi di Indonesia, Barnabas mengungkap peran penting guru Bimbingan Konseling (BK). Ia mengatakan jikalau saja guru BK sejak awal dibekali keterampilan hipnoterapi, tentu banyak kasus kenakalan remaja dan anak-anak bisa ditangani sebelum menjadi krisis.
“Hipnosis bukan mistik. Ini pendekatan ilmiah dan empatik, yang bekerja langsung pada akar masalah seperti luka batin, konflik emosi, kehilangan arah, hingga trauma spiritual,” jelasnya.
Barnabas menyarankan baik kepada pemerintah daerah yang akan mengikuti langkah KDM mengirim siswa bermasalah ke barak TNI, ataupun bagi pemerintah yang tidak menirunya, agar memadukan konsep pembinaan karakter dengan hipnosis-hipnoterapi. Alasannya karena lebih hemat namun menyentuh jiwa. Baginya, pendidikan sejati tidak cukup hanya menertibkan perilaku secara fisik.
“Tubuh bisa dilatih di barak. Tapi jiwa harus disentuh dengan kasih dan empati. Hipnosis adalah jalan tengah yang selama ini kita abaikan,” pungkas Pendeta Barnabas. (Dewa).