NUSAKATA.COM – Plastik adalah material yang sangat fleksibel dan telah menjadi elemen penting dalam kehidupan modern. Namun, dengan produksi global yang kini melampaui 400 juta ton per tahun, dampak sampah plastik terhadap lingkungan telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Sebagian besar sampah plastik—sekitar 90%—tidak mengalami proses daur ulang, sehingga memperburuk masalah polusi. Oleh karena itu, diperlukan teknologi inovatif untuk menangani tantangan ini.
Salah satu solusi yang menjanjikan adalah daur ulang katalisis, seperti hidrogenolisis dan pemecahan hidrokarbon. Teknologi ini memanfaatkan katalis untuk mengurai plastik menjadi komponen yang lebih sederhana dan bernilai tinggi, seperti bahan bakar dan bahan kimia. Berbeda dengan metode daur ulang konvensional yang hanya melelehkan dan membentuk kembali plastik menjadi produk dengan kualitas lebih rendah, daur ulang katalisis dapat menghasilkan bahan dengan nilai ekonomi yang lebih besar.
Meski menawarkan potensi yang signifikan, teknologi ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut sebelum dapat diterapkan dalam skala industri besar.
Terobosan dalam Daur Ulang Poliolefin
Dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan di *Nature Communications*, tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Insoo Ro dari Universitas Sains dan Teknologi Seoul, Korea, menemukan inovasi dalam daur ulang katalisis poliolefin. Mengingat poliolefin menyumbang 55% dari total limbah plastik dunia, para peneliti mengungkapkan bahwa penambahan air selama proses depolimerisasi menggunakan katalis berbasis rutenium (Ru) memberikan manfaat luar biasa.
Efek Ganda Air dalam Daur Ulang Plastik Katalisis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran air dalam proses katalisis berbasis rutenium dapat meningkatkan konversi poliolefin menjadi bahan bakar seperti solar dan bensin. Ini menjadi langkah maju dalam daur ulang plastik katalisis dan berpotensi menjadi solusi efektif untuk mengatasi krisis sampah plastik.
Setelah menyintesis serta menguji berbagai katalis berbasis Ru dengan penyangga yang berbeda, tim menemukan bahwa katalis dengan kombinasi situs logam dan asam menunjukkan peningkatan konversi yang signifikan saat air ditambahkan ke dalam reaksi.
“Air berperan dalam mengubah mekanisme reaksi, meningkatkan efisiensi katalisis, serta mengurangi pembentukan kokas,” jelas Dr. Ro. “Hal ini meningkatkan efektivitas proses, memperpanjang umur katalis, dan menekan biaya operasional.”
Para peneliti juga menganalisis mekanisme reaksi secara mendalam dan menemukan bahwa katalis Ru/zeolit-Y dalam kondisi optimal mampu mencapai tingkat konversi hingga 96,9% untuk poliolefin.
Alternatif yang Lebih Efektif untuk Pengelolaan Sampah Konvensional
Tim peneliti turut melakukan analisis ekonomi guna mengukur kelayakan komersialisasi metode ini. Hasil studi menunjukkan bahwa proses ini memiliki prospek penerapan dalam skala industri dengan katalis Ru/zeolit-Y.
“Menambahkan air tidak hanya meningkatkan efisiensi karbon, tetapi juga memperbaiki kinerja ekonomi dan lingkungan, dengan mengonversi poliolefin menjadi bahan bakar berharga seperti solar dan bensin,” tambah Dr. Ro.
Pendekatan ini dapat menjadi alternatif yang lebih efektif dibandingkan metode pengelolaan sampah tradisional, serta berkontribusi dalam mengurangi pencemaran di tempat pembuangan akhir (TPA) dan lautan akibat limbah poliolefin—salah satu penyumbang terbesar sampah plastik.
Secara keseluruhan, inovasi dalam depolimerisasi katalisis ini berpotensi merevolusi cara kita menangani polusi plastik, sekaligus membantu mengatasi krisis lingkungan yang semakin mendesak. Tim peneliti optimis bahwa dalam beberapa tahun ke depan, teknologi ini dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga sampah plastik campuran bisa diolah tanpa perlu pemilahan terlebih dahulu, menjadikan proses daur ulang lebih efisien dan terjangkau.
“Pendekatan berkelanjutan dan ekonomis dalam mengubah limbah plastik menjadi sumber daya bernilai tinggi berpotensi mendorong perubahan kebijakan, menarik investasi dalam infrastruktur daur ulang yang lebih canggih, serta memperkuat kerja sama global dalam menangani krisis sampah plastik. Seiring berjalannya waktu, kemajuan ini dapat membawa manfaat berupa lingkungan yang lebih bersih, tingkat polusi yang lebih rendah, dan masa depan yang lebih ramah lingkungan,” tutup Dr. Ro.