Menu

Mode Gelap
 

Peran Analisis Sosial Yang Disampaikan ‘Subandi Musbah’ Untuk Kader PMII

- Nusanews.co

23 Feb 2025 14:45 WIB


					Penyampaian Materi Analisis Sosial (Ansos) Oleh Subandi Musbah (Dok/Ist) Perbesar

Penyampaian Materi Analisis Sosial (Ansos) Oleh Subandi Musbah (Dok/Ist)

ANSOS | Dunia terus bergerak. Tidak ada yang benar-benar diam. Masyarakat berubah, berkembang, dan terkadang bergejolak. Namun, bagaimana cara memahami semua ini?

Di sinilah analisis sosial (ansos) berperan. Ini bukan sekadar teori. Namun, sebagai alat untuk membaca realitas, mengurai struktur sosial, dan memahami bagaimana kekuatan ekonomi, politik, serta budaya membentuk kehidupan kita sehari-hari.

Ansos merupakan upaya memahami bagaimana masyarakat bekerja. Ia menggali lebih dalam, menyingkap hubungan antarindividu, kelompok, serta sistem yang mengatur mereka. Tidak cukup hanya melihat permukaan. Kita harus bertanya:

Siapa yang berkuasa dan mengapa?

Bagaimana ketimpangan sosial terbentuk? Apa yang menyebabkan perubahan sosial?

Dalam ansos, kita menggunakan berbagai pendekatan. Ada yang fokus pada struktur sosial, seperti institusi politik dan ekonomi. Ada yang lebih tertarik pada interaksi sosial, misalnya bagaimana budaya dan norma membentuk perilaku individu.

Dengan kata lain, tidak ada masyarakat yang netral. Setiap tatanan sosial memiliki kepentingan. Dan kepentingan itu sering kali tersembunyi. Tugas analisis sosial ialah mengungkapnya.

Ketika membahas analisis sosial, kita tidak bisa menghindari dua pemikiran besar yang telah membentuk cara kita melihat dunia: kapitalisme dan marxisme.

Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang berbasis pada kepemilikan pribadi dan pasar bebas. Ia sistem yang menjanjikan, tapi penuh kontradiksi. Kapitalisme menciptakan inovasi dan kekayaan, tetapi juga menimbulkan ketimpangan sosial.

Tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama. Beberapa orang lahir di keluarga kaya dengan akses pendidikan dan modal. Di sisi lain, ada yang harus berjuang dari nol.

Sementara marxisme, atau sosialisme, merupakan antitesis terhadap kapitalisme. Karl Marx, seorang filsuf Jerman, tidak setuju dengan gagasan bahwa pasar bebas akan membawa kesejahteraan bagi semua. Baginya, kapitalisme hanyalah sistem eksploitasi.

Dalam bukunya Das Kapital, Karl Marx menulis bahwa kapitalisme, kelas pekerja (proletariat) dieksploitasi oleh pemilik modal (borjuis). Ia berupaya mempertahankan kendali dan meraup sebagian besar keuntungan dari setiap usaha.

Sistem ekonomi menentukan bagaimana masyarakat terbentuk. Ketika ketimpangan semakin parah, akan muncul revolusi sosial. Masyarakat akan bergerak ke sistem baru, seperti sosialisme, yang lebih adil dan merata.

Meskipun gagasan komunisme yang diusulkan Marx banyak mengalami kegagalan dalam praktik, kritiknya terhadap kapitalisme tetap relevan. Kita bisa melihatnya dalam isu upah rendah, eksploitasi tenaga kerja, dan korporasi besar yang semakin berkuasa.

Jadi, mana yang benar, kapitalisme atau marxisme? Tidak ada jawaban pasti. Yang jelas, analisis sosial membantu kita memahami kekuatan yang bekerja dalam sistem ini.

Dalam analisis sosial, kita juga bisa melihat stratifikasi yang ada di masyarakat. Lebih mudahnya, pengelompokan masyarakat berdasarkan status sosial, ekonomi, atau kekuasaan.

Pengelompokan ini bukan hanya soal kaya dan miskin, tapi juga soal siapa yang memiliki akses ke pendidikan, kesehatan, dan peluang hidup yang lebih baik. Ada beberapa bentuk stratifikasi sosial yang umum.

Stratifikasi ekonomi: perbedaan berdasarkan kekayaan dan pendapatan. Stratifikasi politik: siapa yang memiliki kekuasaan dan kontrol atas kebijakan publik. Stratifikasi budaya: status sosial yang muncul dari pendidikan, etnis, atau bahkan gaya hidup.

Stratifikasi ini sering kali tidak adil dan sulit ditembus. Seorang anak yang lahir di keluarga miskin harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Ketimbang anak dari keluarga kaya.

Di banyak negara, ketimpangan sosial semakin melebar. Sepuluh persen orang terkaya di dunia menguasai lebih dari separuh kekayaan global. Sementara itu, jutaan orang hidup di bawah garis kemiskinan.

Bagaimana cara keluar dari jerat ini? Jawabannya tidak mudah. Pendidikan ialah salah satu jalan. Namun, sering kali sistem pendidikan pun sudah dikuasai oleh kelompok elite.

Jadi, ansos bukan hanya tentang memahami dunia, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa mengubahnya. Ketika melihat ketimpangan, ketidakadilan, atau eksploitasi, tugas kita bukan hanya menerima begitu saja. Kita mesti bertindak.

Pesan saya, kader PMII harus selalu kritis, bertanya, dan menggugat ketidakadilan yang ada. Ansos tidak hanya mengajarkan sebagai alat pemahaman, tetapi juga sebagai dasar bagi aksi sosial.

Sebab, perubahan sosial tidak terjadi dalam semalam. Namun, setiap gerakan kecil bisa berdampak besar. Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela:

“Tampaknya selalu mustahil sampai semuanya selesai.”

Baca Lainnya

Calon Sekretaris Daerah Pandeglang Banyak Dipertanyakan

30 June 2025 - 12:54 WIB

DEMA UIN SMH Banten Gelar Diskusi Publik: “Pemakzulan Gibran — Jalan Konstitusional Atau Manuver Politik?”

25 June 2025 - 17:04 WIB

KNPI Pandeglang Desak KPK Usut Tuntas Temuan BPK, Ungkap Kerugian Negara Rp37 Miliar Lebih

25 June 2025 - 09:03 WIB

BEM Nusantara Wilayah Banten Resmi Dikukuhkan, Soroti Peran Mahasiswa dalam Sektor Pendidikan

22 June 2025 - 08:55 WIB

Banyak Penulis Berbakat, Tapi Tak Sekuat JK

21 June 2025 - 10:14 WIB

Dari Ujung Selatan Pimpin KNPI Pandeglang

20 June 2025 - 22:55 WIB

Trending di Daerah