NUSAKATA.COM – Menjelang bulan Ramadan 2025, harga telur di pasar tradisional di Kabupaten Tangerang, Banten mengalami lonjakan yang signifikan. Harga yang sebelumnya Rp 25.000 per kilogram kini melonjak menjadi Rp 30.000 per kilogram.
Kenaikan harga telur ini membuat banyak warga merasa khawatir dan terpaksa beralih membeli telur pecah, yang harganya lebih terjangkau dibandingkan telur utuh. Tidak hanya konsumen, pedagang pun mengeluh karena sepinya pembeli.
Berdasarkan pantauan Beritasatu.com di pasar Gudang Tigaraksa pada Minggu (23/2/2025), beberapa warga terlihat membeli telur pecah yang dijual seharga Rp 1.000 per butir, atau Rp 5.000 untuk enam butir.
Novi, seorang ibu rumah tangga, yang membeli telur pecah mengatakan, meski cangkangnya sudah pecah, kualitas telur masih baik. Ia memilih telur pecah agar dapat menghemat anggaran dan membeli bahan pangan lainnya. “Beli telur pecah karena harganya cuma Rp 1.000 per butir. Sedangkan telur utuh Rp 30.000 per kilogram, cukup mahal untuk ibu rumah tangga. Telur dimasak untuk anak-anak makan. Kalau bisa sih, harganya diturunkan,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan Syafrullah, warga Tigaraksa, yang terpaksa membeli telur pecah karena harga telur utuh yang terlalu mahal. “Harga telur utuh mahal, jadi beli telur pecah saja yang lebih murah. Telur pecah cuma Rp 1.000 per butir, sedangkan telur utuh Rp 30.000 per kilogram. Saya sering beli telur pecah untuk bikin dadar buat anak-anak,” katanya.
Pedagang telur, Samidi, mengatakan bahwa banyak konsumen, terutama ibu rumah tangga, beralih ke telur pecah sejak harga telur melonjak tinggi. Selain itu, pedagang kue juga membeli telur pecah karena harganya lebih murah. “Saya bisa jual 40 hingga 50 butir telur pecah sehari. Sebenarnya jual telur pecah merugi, karena harga normal satu kilogram Rp 30.000, sementara telur pecah hanya dihargai Rp 16.000 per kilogram,” jelasnya.
Samidi juga mengungkapkan bahwa omzet penjualannya turun hingga 50% akibat tingginya harga telur dan sepinya pembeli. “Harga telur pasti akan naik lagi menjelang Ramadan. Saya tidak tahu pasti penyebabnya, tapi memang harga telur biasanya selalu naik saat Ramadan karena permintaan yang meningkat,” tambahnya.
Baik pedagang maupun konsumen berharap agar pemerintah turun tangan untuk menstabilkan harga telur dan bahan pangan lainnya, karena kenaikan harga ini sangat membebani mereka menjelang Ramadan.