Menu

Mode Gelap
 

Harga Emas Kian Melonjak, Bagaimana Nasib Tradisi Mahar Mayam di Aceh?

- Nusakata

25 Jan 2025 07:58 WIB


					Harga Emas Kian Melonjak, Bagaimana Nasib Tradisi Mahar Mayam di Aceh? (Ilustrasi) Perbesar

Harga Emas Kian Melonjak, Bagaimana Nasib Tradisi Mahar Mayam di Aceh? (Ilustrasi)

NUSAKATA.COM – Harga Emas di Indonesia Terus Mengalami Kenaikan Signifikan Hingga 25 Januari 2025.

Hal ini menjadi perhatian khusus masyarakat Aceh karena emas memiliki peran penting dalam tradisi pernikahan setempat sebagai mahar atau yang disebut jeulamee dalam bahasa Aceh.

Dalam adat Aceh, merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi calon suami sebelum pernikahan berlangsung.

Selain sebagai syarat pernikahan, jeulamee juga menjadi simbol tanggung jawab, kehormatan calon istri, kemapanan atau kecukupan finansial lelaki, dan nilai kekeluargaan.

Tradisi ini tidak dimaknai sebagai harga jual anak perempuan atau harga beli seorang wanita, tetapi sebagai penghormatan kepada calon mempelai perempuan dan keluarganya.

Mahar di Aceh umumnya diberikan dalam bentuk emas yang dihitung menggunakan satuan khas daerah, yaitu “mayam,” di mana satu mayam setara dengan 3,33 gram emas murni 99,5%.

Per 25 Januari 2025, harga emas di Aceh mencapai Rp 4.600.000 hingga Rp 4.700.000 per mayam.

Berdasarkan adat yang berlaku, jumlah jeulamee ditentukan oleh status sosial seorang gadis.

Rata-rata mahar berkisar 7-10 mayam untuk keluarga biasa, sedangkan untuk tingkat sosial yang lebih tinggi dapat mencapai 15-20 mayam.

Namun, lonjakan harga emas akhir-akhir ini menimbulkan kekhawatiran, terutama menjelang bulan Syawal yang biasanya menjadi puncak musim pernikahan di Aceh.

Banyak keluarga mulai mempertimbangkan cara menyiasati mahalnya mahar, seperti mengurangi jumlah mayam atau mencari alternatif lain.

Meski demikian, adat dan tradisi tetap menjadi faktor utama dalam menentukan jeulamee.

Fenomena kenaikan harga emas ini tidak hanya menjadi persoalan ekonomi, tetapi juga berdampak pada aspek sosial dan budaya di Aceh.

Perdebatan mengenai pengaruhnya terhadap tradisi pernikahan terus berlanjut, menimbulkan pertanyaan besar: apakah adat mampu bertahan di tengah tekanan ekonomi modern?

Baca Lainnya

Pengembangan Semangka Non Biji di Desa Mapin Kebak, Kec. Alas Barat

14 August 2025 - 21:08 WIB

Edukasi Anti-Bullying di SDN Ambon: Ciptakan Lingkungan Sekolah yang Aman

4 August 2025 - 09:55 WIB

Mahasiswa KKN Kelompok 6 Gelar Seminar Anti-Bullying, Upaya Ciptakan Lingkungan Aman dan Bersahabat

3 August 2025 - 08:57 WIB

Dengan Hook dan Konten Kreatif, KKN UBP Karawang Bantu Agroeduwisata Desa Sukajadi Go Digital

3 August 2025 - 00:52 WIB

KKN Kelompok 12 UNMA Banten di Desa Sukamanah Dukung Program “DASHAT” Bersama Kader Pengelola

29 July 2025 - 13:38 WIB

Pengurus Daerah Forum TBM Pandeglang Gelar Bincang Literasi dan Lomba Puisi Peringati HUT ke-20

21 July 2025 - 08:37 WIB

Trending di Daerah