N usanews.co – Kopi & api| Mana kala kerisauan hinggap.
Keram dalam otak terus terasa. Seakan-akan ia sudah tak lagi bisa di ajak untuk mencerna.
Maka kau raihlah ia dalam lemari, Lalu kau letakkan di atas lantai.
Sembari di pantik oleh api semangat juang.
Secangkir minuman idaman para lelaki dengan sebatang sigaretes laksana dua sahabat yang tak bisa dipisahkan.
Kau hirup lalu menjadi bara bagai pelipur lara.
Serpihan bara terhempas angin, Debu bara di atas asbak bersama puntung.
Rokok.
Penawar kerinduan yang semakin menggebu, Adakah obat di kala sepi melanda diri.
Selain dirimu dan secangkir kopi.
Di ruang kosong ini kau terus bercumbu dengan kekasihmu yang bernama cerutu.
Aku terus berbagi dengan manusia yang paling lugu.
Menatap lelangitan yang terang benerang, lagi-lagi kau asik kencani cerutu sambil memikirkan masa depan yang menanti.
Si hitam pekat kesukaan kaum adam yang masih setia menemani dan asap tipis yang menghangatkan suasana masih tegang.
Aroma yang begitu khas bagai parfum timur tengah membuat ruangan seperti syurga bagi kaum pria yang menikmatinya.
Secangkir minuman sedigit gula masih bisa dinikmati bagaikan pujaan hati, Dengan aroma mantap yang masih memikat.
Lengkap sudah terasa di saat kawan lama datang satu-satu mengajak diskusi yang meng gebu-gebu bagai rindu dalam kalbu.
Malam semakin larut diskusi semakin menarik bagai wanita yang memakai lipstik dan estetika.
Si hitam manis pun mulai di goyang kembali ke dalam bibir penuh arti. (Husen)
Serang, 22 Mei 2024