Menu

Mode Gelap
 

Tragedi Kebakaran Kapuk Muara: Cermin Buram Tata Kota dan Kemanusiaan

- Nusakata

10 Jun 2025 11:10 WIB


					Tragedi Kebakaran Kapuk Muara: Cermin Buram Tata Kota dan Kemanusiaan Perbesar

NUSAKATA.COM – Kebakaran hebat yang melanda permukiman padat di Kapuk Muara, Jakarta Utara, pada Jumat siang (06/06/25), kembali membuka luka lama tentang rapuhnya kawasan padat penduduk di ibu kota terhadap bencana.

Sekitar 500 rumah semi permanen hangus dilalap api, memaksa sedikitnya 750 kepala keluarga—atau sekitar 2.000 jiwa—mengungsi.

Api baru berhasil dipadamkan pada Sabtu dini hari setelah petugas berjibaku menghadapi akses jalan yang sempit dan keterbatasan sumber air.

Ironisnya, peristiwa semacam ini bukanlah hal baru di Jakarta. Hampir setiap tahun, kebakaran besar terjadi di kawasan padat penduduk, menyebabkan kerugian material, trauma psikologis, hingga korban jiwa.

Meski pemerintah cepat tanggap dalam penanganan darurat—mulai dari pendirian tenda pengungsian hingga distribusi bantuan logistik—solusi jangka panjang masih jauh dari harapan.

Permasalahan utama terletak pada buruknya penataan ruang dan kurangnya perhatian terhadap prinsip keselamatan dan kelayakan hidup.

Permukiman padat tumbuh tanpa perencanaan matang: akses sempit, rumah berdempetan, dan infrastruktur dasar yang sangat terbatas.

Dalam kasus Kapuk Muara, petugas bahkan harus menjebol tembok untuk menjangkau titik api—menandakan lemahnya tata kelola ruang.

Aspek sosial ekonomi juga menjadi sorotan penting. Korban mayoritas berasal dari kelompok berpenghasilan rendah yang terpaksa tinggal di daerah rawan karena keterbatasan pilihan.

Rumah-rumah dibangun seadanya, sering kali tanpa izin dan tanpa standar keamanan. Pemerintah menghadapi dilema: relokasi memerlukan anggaran besar dan pendekatan sosial yang tidak mudah.

Namun membiarkan warga terus hidup dalam bahaya bukanlah pilihan yang bijak.

Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama pemerintah pusat harus mengambil langkah konkret:

1. Penataan ulang kawasan padat penduduk harus menjadi prioritas nyata, bukan sekadar wacana.

2. Relokasi ke rumah susun sederhana atau hunian sementara layak huni perlu dipercepat dan disosialisasikan dengan pendekatan humanis.

3. Edukasi serta pengawasan standar bangunan dan kelistrikan harus diperketat.

4. Sistem mitigasi bencana di lingkungan padat, termasuk jalur evakuasi dan alat pemadam sederhana, harus diperkuat hingga tingkat RT/RW.

Kebakaran di Kapuk Muara adalah alarm keras. Penanganan saat bencana penting, tetapi pencegahan jauh lebih krusial. Jangan biarkan tragedi serupa terus berulang. Kota yang beradab adalah kota yang melindungi seluruh warganya—terutama yang paling rentan.

 

Penulis: Muhamad Janwar

Mahasiswa Teknik Informatika, Universitas Pamulang

Baca Lainnya

Khoerul Muslim Terpilih Sebagai Ketua Umum PC PMII Pandeglang 2025-2026

13 October 2025 - 15:27 WIB

Bangunan Waralaba di Cisata Dipertanyakan Izinnya, Warga Sekitar Protes

13 October 2025 - 13:04 WIB

Formatur Karang Taruna Pandeglang Gelar Rapat Penyusunan Kepengurusan, Siap Songsong Indonesia Emas 2045

13 October 2025 - 10:07 WIB

Bupati Lahat Respon Azhar Fajri Pasien Hemodialisa 

12 October 2025 - 19:49 WIB

Implementasi Perusahaan Perkebunan, Wabup Lahat Ajak Perusahaan Berkontribusi

12 October 2025 - 08:07 WIB

Diduga Ada Monopoli Kontraktor Pada Proyek Dinas PUPR Provinsi Banten

7 October 2025 - 16:35 WIB

Trending di Daerah