NUSAKATA.COM – Ketika mendengar kata kondangan, yang terlintas di benak banyak orang adalah kegiatan memberikan sumbangan serta doa restu, sebagaimana yang sering tercantum dalam undangan, kepada seseorang yang sedang menggelar hajatan, seperti pernikahan atau khitanan.
Pemahaman ini memang sudah menjadi kesepakatan umum di masyarakat.
Namun, tidak semua daerah memiliki definisi yang sama mengenai kondangan. Di beberapa wilayah, istilah ini tidak selalu merujuk pada pemberian sumbangan dan doa restu dalam acara pernikahan atau khitanan, melainkan juga dapat digunakan untuk kegiatan lainnya, yang akan dibahas lebih lanjut di akhir tulisan ini.
Jika kita merujuk pada kondangan dalam konteks memberikan sumbangan, terdapat berbagai bentuk dan tradisi yang berbeda di setiap daerah.
Pertama, dari segi undangan. Pada umumnya, pihak yang menggelar hajatan akan mengundang tamu dengan memberikan secarik kertas.
Namun, di wilayah timur Pantai Utara Jawa Tengah, seperti Demak, Jepara, Kudus, Pati, dan Rembang, undangan pernikahan sering kali disertai dengan berkat berupa makanan.
Sementara itu, di Batang, Pekalongan, dan Pemalang-meskipun kini mulai jarang-undangan masih dilakukan secara lisan.
Kedua, dari sisi sumbangan. Secara umum, sumbangan yang diberikan dalam acara kondangan adalah uang. Namun, di bagian timur Pantai Utara Jawa Tengah, tradisinya sedikit berbeda, di mana para tamu membawa sumbangan berupa beras dalam baskom (jeding dalam bahasa Jawa).
Ketiga, kehadiran di acara kondangan. Biasanya, tamu yang hadir adalah mereka yang menerima undangan, baik secara tertulis, lisan, maupun melalui berkat. Akan tetapi, di beberapa daerah, saat ada yang menggelar hajatan, tamu yang datang tidak terbatas pada individu yang diundang, melainkan bisa satu keluarga sekaligus-ayah, ibu, dan anak-anak.
Terkadang mereka datang bersama, kadang secara terpisah, dan masing-masing memberikan sumbangan.
Dalam hal ini, tidak ada konsep sumbangan kolektif dalam satu keluarga. Tradisi seperti ini masih lestari di Magelang, Wonosobo, Purworejo, dan daerah sekitarnya.
Perbedaan Makna Kondangan di Malang dan Klaten
Di Malang, Jawa Timur, istilah kondangan justru memiliki makna berbeda, yakni merujuk pada acara tasyakuran.
Tasyakuran ini bisa berupa perayaan menyambut bulan Ramadan, syukuran setelah membeli mobil baru, atau perayaan dalam rangka mendirikan rumah.
Dalam acara tersebut, warga berkumpul di rumah orang yang menggelar tasyakuran, berinteraksi, bercengkrama, dan mempererat hubungan sosial.
Sebelum acara makan-makan dimulai, biasanya dilakukan doa bersama. Acara ini umumnya berlangsung pada malam hari dan dihadiri oleh kaum pria.
Sementara itu, di Klaten, acara kondangan dengan makna serupa justru dilaksanakan pada siang hari, dan tamu yang hadir biasanya terdiri dari ibu-ibu serta anak-anak.